Reformer Amonia: Cara Ambil 5–10% Efisiensi & Hemat >70% Bahan Bakar

Dari furnace hingga katalis dan heat recovery, efisiensi kecil di reformer primer/sekunder menjelma jutaan dolar hemat gas atau tambahan output NH₃. Angkanya jelas, teknologinya ada, dan Indonesia mulai bergerak.

Industri: Fertilizer_(Ammonia_&_Urea) | Proses: Synthesis_Gas_Production

Di pabrik amonia modern, reforming uap metana (SMR, steam‑methane reforming) adalah jantung syngas—dan jantung ini lapar energi. Studi melaporkan furnace SMR mengonsumsi lebih dari 70% bahan bakar pabrik (www.tandfonline.com). Efisiensi radiant tipikal furnace pipa bakar hanya sekitar 45–60%, sisanya keluar sebagai flue gas panas; di bagian konveksi, sekitar 35–50% panas terbuang ini masih bisa ditangkap kembali (integratedglobal.com).

Dengan tuning yang tepat, peningkatan desain furnace, dan integrasi panas yang disiplin, berbagai studi dan praktik lapangan menargetkan penghematan bahan bakar 5–10%—langsung memangkas intensitas CO₂ per ton NH₃ yang diproduksi (www.tandfonline.com) (integratedglobal.com). Di Indonesia, proyek Pusri IIIB berkapasitas 445 kt/tahun dibangun untuk menggantikan dua unit lama dan “meningkatkan efisiensi produksi amonia dan urea” (ekonomi.republika.co.id), sejalan dengan dorongan adopsi “green technology” dan jalur amonia biru (www.ekon.go.id).

Baca juga:

Solvent Amina CO₂ Removal: Cara Menjaga Kinerja di Pabrik Amonia/Urea

Efisiensi radiant dan operasi furnace

Upgrade sederhana namun berdampak terjadi di ruang bakar. Penggunaan refractory ber‑emisivitas tinggi atau ceramic tiles meningkatkan perpindahan panas radiant, mengangkat throughput atau menurunkan konsumsi bahan bakar. Integrated Global (Cetek) mencatat efisiensi termal furnace SMR tipikal sekitar 45–60%, dengan 35–50% panas pembakaran masih bisa dipanen di hilir (integratedglobal.com).

Menutup celah flue gas dan mengoptimalkan staging burner—termasuk konfigurasi top‑fired untuk keseragaman panas—mencegah hot spot sekaligus memungkinkan konversi lebih tinggi pada excess fuel lebih rendah. Dalam praktik, kombinasi perbaikan furnace dan tuning operasi kerap memotong konsumsi bahan bakar reformer 5–10% (www.tandfonline.com).

Tekanan operasi dan rasio S/C

Reformer lazim dijalankan pada 30–50 bar untuk menyeimbangkan kesetimbangan reaksi dan ukuran peralatan (ammoniaenergy.org). Rasio steam‑to‑carbon (S/C, uap terhadap karbon) tipikal sekitar 2,5 untuk konversi penuh (ammoniaenergy.org). Operasi pada S/C lebih rendah—jika katalis memungkinkan—atau tekanan lebih tinggi sedikit menekan kebutuhan bahan bakar, meski menuntut hardware lebih maju. Catatan operasi: tekanan lebih tinggi disebut mendukung konversi (jejak furnace lebih kecil) namun menaikkan beban reboiler (ammoniaenergy.org).

Peran reformer sekunder dan ATR

Autothermal reforming (ATR, pembakaran di inlet katalis) sebagai reformer sekunder dapat memangkas konsumsi gas beberapa persen dibanding SMR dua‑tahap dengan pembakaran eksternal. Satu ulasan menyebut sistem ATR sering kali membutuhkan ≈3% lebih sedikit gas alam secara keseluruhan (ammoniaenergy.org), dengan trade‑off kebutuhan ASU/pasokan O₂ murni yang menggeser beban energi ke listrik atau udara bertekanan tinggi. Untuk plant eksisting, perbaikan cepat sering kali berarti men‑fine‑tune rasio udara/bahan bakar dan susunan burner demi konversi maksimal pada panas berlebih minimal (ammoniaenergy.org).

Optimasi digital dan pinch analysis

Modeling lanjutan—termasuk digital twin—dan pinch analysis atas heater serta jaringan penukar panas memetakan “kebocoran” panas. Studi simulasi menargetkan temperatur cerobong minimum (~120 °C untuk pembakaran gas alam bersih) tanpa overheating zona (www.tandfonline.com). Tujuannya ialah mendinginkan flue gas sedekat mungkin di atas acid‑dewpoint (~92 °C) untuk memaksimalkan hasil uap (www.tandfonline.com).

Integrasi panas yang disiplin menuntut kebersihan siklus uap‑air. Di sisi utilitas, polishing kondensat pasca penukar panas membantu menjaga kualitas uap; praktik ini relevan dengan penggunaan unit seperti condensate polisher dan injeksi kimia terukur via dosing pump untuk stabilitas operasi.

Baca juga:

Batas 5 ppm COx: Peran Metanasi dalam Melindungi Katalis Amonia

Katalis reforming berkemampuan suhu/S/C lebih rendah

ChatGPT Image Dec 15, 2025, 10_50_11 AM

Katalis adalah kunci menekan beban uap. Tradisionalnya, SMR dan high‑temperature shift (HTS, reaksi CO + uap menjadi CO₂ + H₂ pada suhu tinggi) memakai Ni dan Fe dan perlu ~900–1000 °C serta S/C ≈2,5 (ammoniaenergy.org). Formulasi baru menggeser batas ini. Contoh: Topsoe SK‑501 Flex™ (katalis zinc–aluminate) menggantikan katalis shift Fe–Cr; tanpa besi, ia resisten pembentukan karbida dan dapat bekerja pada S/C lebih rendah di front end. Studi kasus menunjukkan penurunan S/C dari 2,8 ke 2,5 (dimungkinkan oleh katalis baru) menambah throughput NH₃ sekitar 3–5%—untuk plant 2.200 MTPD setara tambahan ~11 juta USD/tahun pada harga NH₃ 350 USD/MT (trea.com).

Di ranah SMR, penelitian pada katalis Ni dengan promoter (Au, Ce, Rh, dsb.) dan penyangga baru menunjukkan konversi CH₄ jauh lebih tinggi pada <900 °C dibanding Ni murni; beberapa bimetalik (Ni–Au) dan dukungan Ni–CeO₂ mencapai turnover signifikan pada 550–700 °C di uji laboratorium—meski belum dikomersialisasi skala besar (www.mdpi.com). Konsep intensifikasi proses—reaktor membran H₂ atau sorption reactor (penyerap CO₂ di dalam reaktor)—menggeser kesetimbangan sehingga operasi bisa dengan uap lebih sedikit; studi pilot mengusulkan pemangkasan kebutuhan uap 20–30% dengan penghematan bahan bakar furnace yang setara (www.mdpi.com). Secara praktis, setiap penurunan S/C 0,1 (dari ~2,8) sering bernilai ~1–1,5% tambahan kapasitas NH₃ (trea.com).

Recovery panas flue gas dan integrasi uap

Setelah memanaskan tube katalis, exhaust burner (~900–1050 °C) masuk ke convection section (heat‑exchanger sirip) untuk memanaskan umpan dan menghasilkan uap. Best practice adalah mendinginkan gas ini sejauh mungkin—tipikal ke ~120 °C saat membakar gas alam bersih—tanpa memicu korosi asam (www.tandfonline.com). Desain terintegrasi (dipandu pinch analysis) biasa menangkap ≈40–50% panas pembakaran ke steam utilitas (integratedglobal.com) (www.tandfonline.com).

Menahan stack di 120 °C (tepat di atas dew point asam ~92 °C) aman untuk bahan bakar gas alam dan menghasilkan kira‑kira 12–14 kg uap per kg CH₄ yang direformasi (www.tandfonline.com). Dalam praktik, plant sering memproduksi 0,8–1,5 ton uap per ton NH₃ sebagai by‑product integrasi panas; uap ini menggantikan boiler eksternal dan memangkas pembakaran gas hingga 10–15% total plant.

Loop uap‑air ini bergantung pada kualitas air make‑up dan boiler feedwater. Demineralisasi dan polishing membantu mencegah scale/korosi yang menurunkan efisiensi penukar panas—konteks yang relevan untuk sistem seperti demineralizer, produksi air ultrapure berkelanjutan via EDI, serta penghilangan oksigen terlarut dengan oxygen scavengers. Program scale control biasanya diinjeksikan terkendali menggunakan dosing pump.

Staging preheater juga mencakup pemanasan umpan reformer, udara pembakaran, dan boiler feedwater. Di beberapa kajian, porsi duty preheat umpan dialihkan ke listrik (preheater resistif/heat‑pump) untuk “menurunkan konsumsi gas” ketika listrik terbarukan murah (ammoniaenergy.org). Pada sisi furnace, opsi pemanasan listrik atau oxygen‑enriched firing untuk mengurangi ballast N₂ di reformer sekunder juga diulas sebagai strategi upgrade ke depan (ammoniaenergy.org).

Untuk menjaga keandalan utilitas ini, pre‑treatment air dapat memanfaatkan membran. Di banyak instalasi industri, pretreatment padat seperti ultrafiltration diikuti produksi make‑up lewat RO air payau membantu konsistensi kualitas sebelum demineralisasi lanjutan. Pada fasilitas dengan kebutuhan kombinasi RO/NF/UF, paket membrane systems sering dipilih agar kompatibel dengan operasi proses dan beban uap.

Di sisi kondensat, recovery setelah penukar panas dapat diperkaya via condensate polisher untuk menekan impurities yang memicu penurunan performa konveksi. Untuk polishing akhir dan fleksibilitas operasi deionisasi, campuran resin juga digunakan sesuai kebijakan utilitas, misalnya dengan mixed‑bed atau resin spesifik seperti ion‑exchange resin.

Tren industri dan konteks Indonesia

Upgrade efisiensi menjadi prioritas saat pabrik amonia memodernisasi. Banyak unit lama diganti tube reformer dan burner‑nya untuk “memeras” tambahan output beberapa persen—yang pada skala besar berarti penghematan jutaan dolar per tahun (trea.com). Di Indonesia, BUMN pupuk menggarisbawahi agenda yang sama: kompleks amonia/urea Pusri IIIB 445 kt/tahun (target ~2025) dibangun menggantikan dua unit lama dan “meningkatkan efisiensi produksi amonia dan urea” (ekonomi.republika.co.id). Narasi kebijakan pemerintah pada 2024 menekankan adopsi “green technology” dan jalur amonia biru di sektor pupuk (www.ekon.go.id).

Baca juga:

Standar Kemurnian CO₂ Urea-Grade dan Teknologi Pemurniannya

Ringkasan eksekutif angka kunci

Intinya, langkah‑langkah yang terukur—dari furnace yang lebih efisien, katalis yang memungkinkan S/C lebih rendah atau suhu lebih moderat, hingga recovery panas flue gas yang mendalam—masing‑masing memotong intensitas energi beberapa persen. Secara kumulatif, penghematan ini bermakna jutaan dolar bahan bakar (atau ekstra output NH₃) per tahun, sekaligus menurunkan emisi CO₂ per ton pupuk (trea.com) (integratedglobal.com).

Sumber: artikel jurnal dan laporan industri yang berotoritas, termasuk survei industri kimia oleh Reuters (www.reuters.com), analisis teknis di Ammonia Energy dan jurnal (ammoniaenergy.org) (ammoniaenergy.org) (www.tandfonline.com), tinjauan kebutuhan energi pabrik amonia (integratedglobal.com), dan publikasi industri Indonesia (ekonomi.republika.co.id) (www.ekon.go.id). Semua data diambil dari sumber‑sumber tersebut.

Chat on WhatsApp 2212122qwa