Dua solusi murah—enzim pemrosesan dan sekam padi—secara konsisten menurunkan viskositas mash, mempercepat lautering, dan mengangkat ekstrak, dengan data laboratorium dan regulasi yang jelas mendukungnya.
Industri: Brewery | Proses: Mashing
Mash yang “gummy” bukan sekadar gangguan minor. Di balik stuck sparge dan runoff lambat, ada β‑glukan dan pentosan (arabinoksilan) dari dinding sel biji—terutama barley, gandum, rye, dan oat—yang mengerek viskositas dan memperlambat lautering (lautering: pemisahan wort dari ampas). Target industri untuk β‑glukan dalam wort lazimnya di bawah 178 mg/L (www.scielo.br), sementara malt tak ditangani sering kali jauh melampaui angka ini.
Contohnya, dua barley malt asal Brasil yang hanya digerminasi 64 jam menghasilkan 320–370 mg/L β‑glukan dalam wort (www.scielo.br)—nyaris dua kali lipat guideline 178 mg/L (www.scielo.br). Gandum dan rye yang kaya arabinoksilan juga “menciptakan masalah runoff” (www.morebeer.com), sementara wheat malt “mengandung kadar gum dan protein yang sangat tinggi” sehingga istirahat suhu rendah untuk gluten/glukan kerap dianggap wajib (www.morebeer.com).
Secara umum, viskositas wort berkolerasi kuat dengan fraksi β‑glukan dan arabinoksilan bermassa molekul tinggi, sehingga filtrasi berjalan lambat bila tidak ditangani (jib.cibd.org.uk).
Baca juga:
Beban gum pada viskositas mash
β‑glukan (β‑1,3/1,4‑glukan; polisakarida dinding sel) dan pentosan/arabinoksilan (polimer hemiselulosa) larut meningkatkan viskositas mash dan memperlambat lautering. Wort di bawah 178 mg/L β‑glukan adalah target praktis (www.scielo.br), namun tanpa intervensi, malt tertentu—seperti barley yang digerminasi 64 jam—bisa mencapai 320–370 mg/L (www.scielo.br).
Enzim pemrosesan untuk memecah gum

Praktiknya, brewer menambahkan enzim eksogen (exogenous enzymes) selama mashing untuk menghidrolisis gum. Dua kelas utama: β‑glukanase (endo‑1,3/1,4‑glukanase) dan xilanase (arabinoksilanase). Produk campuran β‑glukanase/xilanase turunan Humicola yang disetujui regulator AS direkomendasikan pada kisaran 1,2–2,5 kg per ton grain (~0,12–0,25%) (www.ttb.gov), dan pada level ini “secara efisien memecah β‑glukan, pentosan, dan gum lain” (www.ttb.gov).
Data kinerja mendukung klaim tersebut. Dalam satu uji coba dengan 20 BGU/g (BGU: satuan aktivitas β‑glukanase), enzim β‑glukanase dari Bacillus menurunkan viskositas wort dari 1,80→1,74 mPa·s (mPa·s: satuan viskositas) dan meningkatkan ekstrak dari 79,3% menjadi 80,5% (~+1,2 poin) (www.scielo.br). Bahkan dengan dosis kecil, enzim komersial β‑glukanase 25–50 mg/kg malt mampu menurunkan β‑glukan wort hingga ≤178 mg/L—sebanding dengan referensi full‑malted—tanpa efek negatif pada mutu bir (www.scielo.br).
Pada “filtration blends” multi‑enzim—misalnya Novozymes Laminex®, Kerry Ceremix®, Gusmer Super 3G®—β‑glukanase dipadukan dengan xilanase dan enzim lainnya. Peningkatan dosis campuran ini secara dramatis menurunkan fraksi arabinoksilan dan β‑glukan bermassa molekul tinggi dalam wort, dan secara bersamaan menurunkan viskositas bir (jib.cibd.org.uk). Studi terkontrol (Institute of Brewing 2023) menunjukkan bahwa dosis lebih tinggi menurunkan pentosan bermassa molekul tinggi dan viskositas bir, meski overdosing bisa meningkatkan karakter flavor ferulat pada bir (jib.cibd.org.uk).
Pada matriks mash yang menantang, hasilnya konsisten. Mash sorgum–barley yang diberi β‑glukanase+amilase bakteri (Ceremix) atau xilanase jamur (Cereflo) secara signifikan menurunkan viskositas wort dan menaikkan ekstrak dibanding kontrol (file.scirp.org; file.scirp.org).
Baca juga:
solusi Industri Pabrik Pulp & Papper
Istirahat β‑glukan pada 35–40°C
Best practice brewer memasukkan “β‑glucan rest” sekitar 40°C untuk mengaktifkan enzim malt dan tambahan. Aktivitas β‑glukanase maksimal pada ~35–40°C dan terdeaktivasi di atas ~50°C (www.morebeer.com).
Sekam padi sebagai media fisik
Sekam padi adalah material sekam inert, non‑fermentabel, yang ditambahkan untuk “membuka” bed mash. Sekam menciptakan kanal dan porositas agar wort mengalir lancar (www.beerkitbrewer.com). Penting: sekam padi tidak beraroma dan tidak fermentabel, sehingga tidak menyumbang gula atau warna (www.beerkitbrewer.com), dan hanya menyerap ~5–16% dari beratnya dalam air versus >100% pada biji‑bijian (www.beerkitbrewer.com).
Praktik umum: sekam dicampur dengan grist sebelum mashing. Dosis bervariasi, lazimnya 1–10% dari bobot total grist (misalnya ~0,23–0,9 kg per batch 19 L homebrew; www.beerkitbrewer.com). Wort kaya adjunct (gandum/oat/rye >50%) sering memakai 5–10% atau lebih. Dalam satu eksperimen bir gandum, bahkan 5% sekam (berdasar bobot adjunct) “sering direkomendasikan” (link.springer.com).
Dampaknya nyata: uji dengan grist 50–50 malt gandum/bir gandum menunjukkan penambahan 100 g sekam padi (≈10% dari bobot kering mash tersebut) memangkas waktu runoff secara dramatis. Dalam pengujian itu, sachet tercepat (coffee‑husk) mencapai ~10 menit per liter, dan sekam padi berada di posisi berikutnya, sementara referensi tanpa sekam memerlukan ~40 menit per liter (link.springer.com). Secara praktis, ini setara percepatan lautering ~3–4× hanya dengan menambahkan sekam. Sekam padi mencegah stuck mash dan menjaga ekstrak tinggi tanpa mengubah sifat bir (www.beerkitbrewer.com; link.springer.com). (Sekam oat berperilaku serupa.)
Dampak pada laju dan hasil proses
Kombinasi enzim dan sekam mengadres mekanisme yang berbeda: enzim memutus rantai β‑glukan/arabinoksilan, sementara sekam memperbaiki porositas bed. Secara empiris, aditif ini memendekkan waktu lautering dari ~40 menjadi ~10–15 menit per liter (link.springer.com) dan menaikkan hasil ekstrak +1–2% (www.scielo.br), dengan pengingat bahwa overdosing enzim filtrasi dapat meningkatkan karakter ferulat pada bir (jib.cibd.org.uk).
Analisis biaya–manfaat aditif
Enzim: dengan dosis tipikal 1–2 kg/ton (www.ttb.gov), biaya enzim hanya beberapa sen per liter bir. Contoh, penggunaan 2 kg enzim per 1000 kg grist (~0,2%) pada harga $10/kg setara biaya $20 per 1000 kg grain—untuk brew 10.000 L menjadi $0,002 per liter. Investasi ini sering kembali lewat >1% kenaikan ekstrak (mis. +1,2 poin pada satu uji; www.scielo.br) dan throughput lebih cepat. Mencegah satu stuck mash saja sudah menjustifikasi biaya enzim. Secara regulasi, peninjauan AS (TTB/FDA) mendukung penggunaan ini: produk campuran β‑glukanase/xilanase disetujui sebagai GRAS (GRAS: status keamanan pangan umum), dengan label dosis ~1,2–2,5 kg/ton (www.ttb.gov), dan tanpa dampak flavor jika digunakan sesuai petunjuk (www.ttb.gov).
Sekam padi: praktis gratis atau sangat murah—produk samping penggilingan. Bahkan jika dibeli, harganya pada kisaran sen puluhan per kilogram. Pada penambahan 5%, biaya per batch dapat diabaikan. Berbeda dari biji‑bijian, sekam hampir tidak menggantikan ekstrak (www.beerkitbrewer.com). Manfaatnya sepenuhnya upside: memastikan runoff penuh dan efisiensi brewing. Ringkasnya, penambahan sekam (¢0,001–0,01/L pada penggunaan tipikal) menghilangkan risiko stuck sparge, dan dosing enzim (¢0,1–0,5/L) meningkatkan yield dan reliabilitas proses. Data empiris menunjukkan aditif ini secara andal memperpendek waktu lautering (dari ~40 menjadi ~10–15 menit/L; link.springer.com) dan menaikkan hasil (ekstrak +1–2%; www.scielo.br), sehingga mudah menutupi biaya minimalnya.
Catatan operasional proses aditif
Penambahan enzim pada level 1,2–2,5 kg/ton grain (www.ttb.gov) di mash tun menuntut kontrol dosis yang rapi agar manfaat tercapai tanpa overdosing yang bisa menaikkan karakter ferulat (jib.cibd.org.uk); dalam praktik pabrik, kontrol ini lazim dibantu peralatan seperti pompa kimia akurat dosing pump. Untuk integritas higienis jalur aditif pangan di lingkup brewery, housing kelas makanan farmasi dapat dipertimbangkan, seperti 316L stainless steel cartridge housing yang memang ditujukan untuk aplikasi food grade.
Baca juga:
Solusi Industri Hotel Dan Apartement
Sumber dan rujukan
Sumber: studi tinjauan sejawat dan laporan industri mendokumentasikan efek‑efek ini (www.scielo.br; www.scielo.br; www.scielo.br; jib.cibd.org.uk; link.springer.com; www.beerkitbrewer.com; www.ttb.gov) dengan panduan teknis tambahan dari pemasok enzim brewing. Semua klaim di atas didukung oleh referensi tersebut.
