Pengendalian Legionella di Menara Pendingin Pabrik Pupuk ala ASHRAE 188

Menara pendingin adalah tulang punggung proses amonia-urea sekaligus ekosistem hangat 20–50 °C yang disukai Legionella. Inilah rencana kendali risiko yang terukur—biocide yang terkelola, pembersihan-disinfeksi berkala, dan pengujian rutin—berpatokan pada ASHRAE 188.

Industri: Fertilizer_(Ammonia_&_Urea) | Proses: Process_Cooling_Systems

Menara pendingin menciptakan aerosol air hangat 20–50 °C—tepat di zona nyaman bakteri Legionella—yang dapat memicu legionellosis bila terhirup. Fakta lingkungannya jelas diuraikan oleh Lautan Air Indonesia dan kajian ilmiah MDPI.

Kasus global naik: tingkat EU/EEA meningkat dari 1,4 menjadi 2,2 kasus per 100 ribu penduduk pada 2015–2019 menurut ECDC; di AS, kasus 8.890 (2018) menjadi 9.933 (2019) menurut CDC. Outbreak besar kerap ditelusuri ke menara pendingin—New York City 2015 mencatat 138 kasus dan 16 kematian (fatality 11,6%), menurut laporan ilmiah.

Regulator merespons. ASHRAE 188 mewajibkan Water Management Programs (WMP, program manajemen air) formal; beberapa yurisdiksi mensyaratkan pendaftaran menara, WMP aktif, serta pengujian dan perawatan rutin (ASHRAE/NY; NY State). Di Indonesia, ada pedoman Legionella umum namun belum spesifik untuk menara pendingin; karena itu, praktik terbaik internasional menjadi rujukan teknis.

Baca juga:

Dewatering Tambang: Submersible vs VTP vs Ponton, Mana Terbaik?

Program Manajemen Air berbasis ASHRAE 188

WMP tertulis (ASHRAE 188/2021) memetakan seluruh sistem air, bahaya, kontrol, dan akuntabilitas. Lakukan asesmen risiko pabrik: telaah desain, kimia air, pola operasi, dan lokasi air intake. Dokumentasikan prosedur dan latih kru; tetapkan peran jelas—“qualified person” (inspeksi triwulanan) dan “responsible person” (cek rutin)—sejalan panduan NYC. Simpan catatan on‑site untuk uji air, inspeksi, dan aksi korektif (CDC toolkit), lalu tinjau WMP tahunan atau setiap ada perubahan.

Program Biocide yang Terkelola dan Terukur

Kunci primer adalah regimen kimia berkelanjutan untuk menekan Legionella dan biofilm: gunakan oxidizing biocides (mis. klorin, bromin, chlorine dioxide, ozon) atau non‑oxidizers efektif (mis. biguanides) sebagaimana dibahas MDPI. Jaga residual disinfektan terukur—misalnya free chlorine ≥0,5–1 mg/L—dengan umpan otomatis dan alarm residual rendah (CDC).

Contoh regulasi: NYC mewajibkan dosing harian oxidizing biocide untuk kendali Legionella, biofilm, serta pencegahan scale/korosi (NYC). Perangkat feed sebaiknya otomatis dan termonitor; lakukan pemantauan mingguan pH, konduktivitas, dan klorin—NYC mengharuskan pengukuran ≥3× per minggu tanpa jeda >2 hari (NYC).

Praktiknya, otomasi umpan bisa dijalankan melalui perangkat seperti dosing pump akurat yang terintegrasi dengan sistem kontrol. Kebutuhan bahan kimia operasional dapat dikonsolidasikan lewat paket bahan kimia untuk cooling tower; pengendalian kerak dan korosi didukung dengan scale inhibitors dan corrosion inhibitors yang berjalan paralel dengan program biocide.

Dampak biocide yang teruji tampak di data: urutan shock disinfeksi lalu klorinasi kontinu menurunkan Legionella di menara dari ~5–6 log10 CFU/L menjadi ~1,77 log10 CFU/L (±98% penurunan, p<0,05), sementara shock yang tidak tepat (H₂O₂/Ag) sempat menaikkan hitungan ke 6,14 log10 CFU/L (MDPI). Dosis perlu disesuaikan berdasar hasil pemantauan.

Pembersihan Offline dan Disinfeksi Berkala

ChatGPT Image Dec 10, 2025, 10_01_26 AM

Pembersihan fisik mencegah sludge, kerak, dan biofilm yang melindungi Legionella. Jadwalkan shutdown cleaning setiap 6–12 bulan minimal (sebagian panduan mewajibkan semi‑tahunan) menurut Health Victoria dan CDC. Prosedurnya: drain, angkat debris/sludge di basin, bersihkan/ganti fill dan nozzle, cuci tray distribusi dan drift eliminators, inspeksi seluruh permukaan basah (MDPI).

Sesudahnya, lakukan flush, isi ulang, lalu jalankan shock biocide pra‑start (MDPI). Disinfeksi segera diperlukan tiap kali menara dibuka untuk pekerjaan atau setelah idle; sejumlah studi merekomendasikan shock setelah shutdown berkepanjangan maupun setiap cleaning rutin (MDPI). Otomasi blowdown membantu menahan padatan tersuspensi dan nutrien (CDC), sementara proteksi basin dari sinar matahari (penutup/panel) menekan alga dan biofilm (Health Victoria).

Ketika sumber daya internal terbatas, keterlibatan tim eksternal melalui layanan pembersihan cooling tower dapat memastikan prosedur drain–clean–shock dijalankan konsisten dan terdokumentasi.

Efeknya terukur: dua siklus shock‑hypochlorination menurunkan L. pneumophila dari >10⁶ CFU/L menjadi <10² CFU/L (MDPI). Pembersihan disiplin berkorelasi dengan berkurangnya kejadian aerosol patogen dibanding sistem yang terabaikan. Setiap event cleaning wajib tercatat; kru dilatih handling bahan kimia dan APD.

Baca juga:

Hemat Energi Dewatering Tambang: Pompa Efisien, Motor IE3 & VFD

Monitoring Rutin dan Uji Legionella

Monitoring kimia: cek pH, suhu, dan residual biocide beberapa kali per pekan; NYC mengharuskan ~3× per minggu. Pantau juga frekuensi blowdown, konduktivitas, dan parameter lain untuk menahan scale/nutrien sesuai CDC. Uji spesifik Legionella: banyak yurisdiksi menganjurkan sampling kuartalan; pedoman Inggris ACOP L8 merekomendasikan ≥4 sampel per tahun dari menara operasional (ACOP L8), dinaikkan frekuensinya bila ada faktor risiko (modifikasi sistem, temuan positif, musim hangat; sumber sama).

Gunakan laboratorium terakreditasi untuk kultur Legionella (media BCYE agar), atau PCR/rapid test sebagai peringatan dini presumtif. CDC menekankan pengujian untuk baseline dan verifikasi efektivitas kontrol (CDC). Walau Legionella mungkin ditemukan di ~20–40% sistem air (CDC MMWR), setiap deteksi butuh aksi. Tetapkan ambang internal, dan patuhi ambang eksternal—misalnya hukum New York mewajibkan notifikasi segera jika >1.000 CFU/mL (NY State). Setelah remediasi, lakukan re‑sampling untuk konfirmasi eliminasi Legionella (CDC).

Protokol Respons Bertingkat dan Pencatatan

Susun rencana remediasi bertahap seperti CDC: (a) treatment online (naikkan dosis biocide), (b) shock disinfeksi online, (c) cleaning/disinfeksi offline, hingga (d) disinfeksi darurat dan shutdown. Untuk temuan di atas ambang atau insiden kesehatan, terapkan level tertinggi; pada hasil positif terkonfirmasi, kolaborasi dengan otoritas kesehatan dan lakukan hyperchlorination offline segera (CDC). Spot dosing semata tidak memadai—pembersihan basin penuh + shock berulang kali diperlukan. Uji ulang untuk memastikan keberadaan sebelum perlakuan dan memastikan persistensi/eliminasi setelah remediasi (sumber sama).

Pelihara catatan rinci untuk semua uji, alarm, data umpan kimia, inspeksi, cleaning, dan tindakan korektif (CDC). Tinjau tren berkala—HPC (heterotrophic plate count, indikator mikroba umum), hitungan Legionella, residual—untuk mendeteksi degradasi gradual. Program yang berhasil menunjukkan kimia stabil (pH, konduktivitas) dan hasil uji Legionella konsisten non‑detect; di praktik, fasilitas dengan WMP matang dapat mencatat seluruh kultur kuartalan negatif selama bertahun‑tahun, sementara kelengahan menghasilkan serangkaian positif.

Baca juga:

Pompa Dewatering Tambang: Cara Reduksi Abrasi dan Downtime

Hasil Terukur dan Konteks Regulasi

Dengan rencana ini, ekspektasinya eliminasi hampir menyeluruh: penurunan 3–4 log10 CFU pada air menara (MDPI), parameter kualitas air stabil dalam target, dan tidak ada konsentrasi reportable pada uji rutin. Secara kesehatan, pelaksanaan ketat mencegah shutdown maupun outbreak. Sebaliknya, pemeliharaan buruk memicu biaya; satu studi kasus kluster di Inggris menaksir biaya ~£456 ribu (mayoritas perawatan pasien) (PMC). Program proaktif—meski menyerap O&M rutin—menghindarkan kerugian tersebut.

Keseluruhan rancangan selaras dengan ASHRAE 188/2021 dan praktik terbaik ASHRAE/NY serta CDC, dan didukung data surveilans ECDC serta studi kasus MDPI. Intinya: redundansi kontrol—kimia, fisik, dan monitoring—meminimalkan pertumbuhan dan transmisi Legionella.

Chat on WhatsApp 2212122qwa