Dalam operasional pembangkit listrik — baik PLTU, PLTG, PLTGU, maupun PLTA — peran bahan kimia (chemical treatment) sangat penting untuk menjaga efisiensi, umur peralatan, dan kepatuhan lingkungan. Artikel ini menjelaskan secara deskriptif berbagai solusi chemical pembangkit listrik, fungsi masing-masing, serta manfaatnya bagi performa sistem.
1. Pengolahan Air Baku (Pretreatment)
Air baku merupakan sumber utama untuk sistem pendingin dan boiler. Tahapan pretreatment bertujuan menghilangkan kotoran, lumpur, serta ion penyebab kerak dan korosi.
Bahan kimia yang digunakan meliputi:
-
Koagulan dan flokulan seperti PAC dan polimer untuk mengendapkan padatan tersuspensi.
-
Antiscalant RO berbasis fosfonat untuk mencegah kerak pada membran.
-
Biocide seperti isothiazolinone dan sodium hypochlorite untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Dengan pengendalian parameter seperti turbidity < 1 NTU dan SDI < 5, sistem RO dapat bekerja optimal dan umur membran menjadi lebih panjang.
2. Sistem RO dan EDI: Menjaga Kualitas Air Demineralisasi
Pada tahap ini, chemical digunakan untuk mencegah scaling dan biofouling pada membran RO.
-
Antiscalant dan dispersant mencegah pembentukan kerak.
-
CIP chemicals (acidic & alkaline) membersihkan foulant dari permukaan membran.
Air hasil RO yang berkualitas tinggi menjaga konduktivitas < 10 µS/cm dan mengurangi risiko kerusakan turbin akibat kontaminan ionik.
3. Perlindungan Boiler dan Steam Cycle
Salah satu titik paling kritis di pembangkit adalah boiler. Kerak, korosi, dan carryover bisa menurunkan efisiensi pembentukan uap.
Solusi kimia yang diterapkan antara lain:
-
Oxygen scavenger seperti sodium sulfite atau carbohydrazide untuk menghilangkan oksigen terlarut.
-
Phosphate treatment (TSP, DSP) untuk mengontrol alkalinitas dan mencegah kerak.
-
Volatile amine (morpholine, cyclohexylamine) menjaga pH kondensat agar tidak korosif.
Dengan pengaturan pH 9–11 dan O₂ < 7 ppb, sistem tetap stabil dan bebas korosi.
4. Cooling Tower: Kunci Efisiensi Pendinginan
Sistem pendingin membutuhkan kombinasi bahan kimia untuk mencegah kerak, korosi, dan pertumbuhan alga.
-
Antiscalant dan dispersant (HEDP, ATMP) mencegah kerak kalsium.
-
Corrosion inhibitor (molibdat, azole) melindungi logam dari oksidasi.
-
Biocide oksidatif dan non-oksidatif menjaga kebersihan air pendingin.
Pengendalian ORP 650–750 mV dan pH 7–8,5 memastikan efisiensi pertukaran panas tetap tinggi.
5. Pengolahan Air Limbah (WWTP)
Air buangan dari sistem pembangkit perlu diolah agar memenuhi baku mutu lingkungan.
Solusi chemical meliputi:
-
Koagulan/flokulan untuk mengendapkan padatan.
-
Penetral pH menggunakan NaOH atau H₂SO₄.
-
Defoamer dan pengendali bau untuk menjaga proses biologis tetap stabil.
Dengan kontrol TSS dan COD sesuai regulasi, pembangkit listrik tetap ramah lingkungan.
6. Additive Bahan Bakar dan Pengendalian Emisi
Untuk pembangkit berbasis batubara atau minyak, bahan kimia juga digunakan pada sisi pembakaran:
-
Fuel additive menurunkan slagging dan fouling pada furnace.
-
Sorben FGD (kapur, NaHCO₃) mengikat gas SO₂.
-
Activated carbon (PAC) menangkap emisi merkuri.
Hasilnya, efisiensi pembakaran meningkat dan emisi berbahaya menurun signifikan.
7. Program Pendukung: Cleaning, Passivation, dan Defoamer
Selain proses utama, pembangkit juga menggunakan bahan kimia tambahan seperti:
-
Defoamer silikon untuk mengatasi busa.
-
Chemical cleaning untuk kondensor dan pipa penukar panas.
-
Passivation melindungi permukaan logam baru dari korosi awal.
Kesimpulan
Penggunaan chemical solution pembangkit listrik bukan hanya untuk menjaga kebersihan sistem, tetapi juga meningkatkan efisiensi energi, memperpanjang umur peralatan, serta menjaga kepatuhan lingkungan.
Setiap jenis pembangkit — PLTU, PLTG, PLTGU, hingga PLTA — membutuhkan kombinasi chemical yang berbeda sesuai tekanan operasi, kualitas air, dan jenis bahan bakar. Dengan pemilihan bahan kimia yang tepat, sistem pembangkit akan lebih andal, hemat biaya operasional, dan berkelanjutan.