Di stasiun press, beberapa keputusan sederhana—pitch ulir, setting cone, kecepatan 10 rpm—menentukan apakah pabrik merebut 24% minyak dari TBS atau membiarkannya larut di ampas. Data lapangan dan pedoman FAO/MPOB menunjukkan satu hal: desain tepat dan perawatan disiplin adalah tiket menuju efisiensi.
Industri: Palm_Oil | Proses: Threshing_&_Pressing
Hitungannya dingin: turun dari 24% ke 20% rendemen minyak per TBS, dan pabrik meninggalkan 4 ton minyak di serat untuk setiap 100 ton tandan. Di lapangan, kesalahan kecil pada screw press—toleransi longgar, lubang cage tersumbat, ulir aus—berkorelasi langsung dengan “high oil loss and maintenance cost” (researchgate.net), dan fault tree analysis di sebuah pabrik Indonesia menyematkan biang keroknya pada perawatan yang tak memadai serta kegagalan menjaga tekanan desain (mdpi.com).
Sisi positifnya, ketika desain dan operasi dipaku dengan benar—dan dirawat disiplin—pabrik besar konsisten mencapai sekitar 23–24% yield minyak dari bobot TBS (fao.org).
Arsitektur screw press kontinu
Screw press (expeller; alat pemeras ulir kontinu) modern terdiri dari cage silindris berlubang (press cage/perforated cylindrical cage) yang mengurung satu atau lebih auger internal (screw/ulir pemindah) yang memeras bubur buah hasil digester. Saat ulir mendorong massa ke outlet yang makin menyempit—umumnya melalui serangkaian cone (kerucut) yang membentuk zona tekanan—tekanan balik meningkat dan minyak keluar menembus lubang-lubang cage (fao.org).
Untuk kapasitas besar, double- atau twin-screw (dua ulir paralel) lazim karena melahap laju umpan lebih tinggi ketimbang single-screw (researchgate.net). Terlepas dari layout, aksi pengulenan (kneading) di dalam press memecah sebagian besar sel minyak yang lolos dari digester; pedoman FAO menyebut screw press “acts as an additional digester,” melepaskan minyak yang metode lain (mis. hydraulic atau centrifuge) tinggalkan (fao.org).
Desain matang biasanya memadukan beberapa cone/zona tekanan progresif dan screw dengan pitch (jarak ulir) serta diameter yang dipilih cermat. Screw silindris ber-pitch konstan membangun tekanan lebih cepat dan mencapai puncak dalam putaran lebih sedikit—dengan konsekuensi tegangan poros lebih besar—sedangkan shaft bertaper atau bertingkat (stepped) membantu memperpanjang umur mesin (researchgate.net) (researchgate.net). Press cage yang berlubang menahan fiber cake namun membiarkan minyak mengalir.
Dengan operasi yang baik, capaian industri di pabrik besar berada di kisaran 23–24% yield minyak dari bobot TBS (fao.org).
Baca juga: Limbah Klarifikasi Pabrik Sawit: Kontributor Terbesar POME, Kandungan & Solusi Pengolahannya
Profil tekanan dan geometri ulir
Oil extraction rate (fraksi minyak mesokarp yang terambil; OER secara teknis) sangat bergantung pada profil tekanan dan geometri screw. Tekanan lebih tinggi umumnya meningkatkan ekstraksi; sebuah studi rekayasa menulis, “a high pressure causes a better recovery of the oil” (researchgate.net). Praktiknya, menaikkan tekanan via outlet cone yang lebih ketat atau menurunkan kecepatan screw dapat mendongkrak yield hingga titik diminishing returns.
Trade-off muncul ketika tekanan berlebihan: kernel/nut (inti biji) lebih banyak pecah dan mutu minyak turun—bleachability (kemudahan pemucatan; parameter kualitas) serta oxidation stability (ketahanan oksidasi) memburuk pada tekanan sangat tinggi (fao.org) (researchgate.net). Karena itu, pabrik biasanya mencari kompromi.
Kecepatan operasi tipikal berkisar 10 rpm (rotations per minute/putaran per menit) pada poros keluaran berkecepatan sangat rendah, misalnya input sekitar ~200 rpm yang diturunkan melalui gearbox—setting ini berulang kali muncul sebagai optimum dalam studi. Contohnya, sebuah screw press fabrikasi kecil meraih maximum crude yield (oil extraction ratio ~17,9% dari TBS, ekuivalen 79,6% dari minyak tersedia) saat dijalankan pada 10 rpm; kecepatan lebih rendah (4 rpm) cenderung macet dan lebih tinggi (16 rpm) cenderung under-press di uji itu (researchgate.net). Rekomendasi industri (PORIM/MPOB, 1985) juga menyarankan ordo besaran ini untuk kecepatan screw.
Di luar kecepatan, konfigurasi screw menentukan cara tekanan dibangun: pitch konstan mengerek tekanan cepat—mencapai back-pressure tinggi dalam putaran lebih sedikit—sedangkan pitch variabel atau thread bertaper menyebar kompresi sepanjang ulir sehingga umur press bisa lebih panjang, meski butuh lebih banyak putaran untuk squeeze minyak setara (researchgate.net). Desain multi-zone (cone beruntun) dan kepala double-screw menata profil tekanan sembari menaikkan kapasitas.
Panduan praktis industri menyebut diperlukan a few bar (several MPa) back-pressure; pada press kecil, tekanan hidraulik optimum yang tercatat berada di kisaran 3–4 MPa (30–40 bar). Intinya, geometri screw dan outlet restriction mesti dituning agar hampir seluruh minyak mesokarp keluar: terlalu longgar, minyak tertinggal di cake; terlalu ketat, mesin tertekan.
baca juga: Screw Press Jadi Jantung Pabrik Sawit: Tekanan, Konfigurasi, dan Perawatan Menentukan OER
Reliabilitas mekanik dan jadwal perawatan
Beban kerja mekanik di stasiun press sangat berat: flight, cone, dan bearing bergesekan terus-menerus dengan serat abrasif, pasir, serta nut. Pengalaman industri menunjukkan screw press sawit tipikal butuh servis besar setiap beberapa ratus jam; sebuah studi desain menemukan mesin-mesin eksisting biasanya hanya bertahan 500–900 jam operasi sebelum overhaul (researchgate.net).
Survei industri atas lebih dari 100 pabrik Malaysia—secara spesifik 105 pabrik—menunjukkan kelelahan material dan korosi memang wajar, namun penyebab utama breakdown yang dilaporkan adalah jadwal perawatan yang tidak teratur dan penanganan yang keliru (researchgate.net). Dengan kata lain, menggampangkan penggantian komponen aus atau mengabaikan pelumasan mempercepat kegagalan.
Dampaknya langsung ke efisiensi ekstraksi. Press yang “ineffective”—akibat toleransi yang melebar, lubang cage tersumbat, atau thread aus—terkait dengan “high oil loss and maintenance cost” (researchgate.net). Studi kasus Indonesia dengan fault tree analysis menuding kegagalan menjaga tekanan desain dan perawatan press sebagai penyebab inti kehilangan minyak di stasiun press (mdpi.com).
Secara kuantitatif, selisih beberapa poin sangat berarti: penurunan dari 24% ke 20% yield TBS setara 4 ton minyak ekstra yang tertinggal per 100 ton tandan. Praktik pemeliharaan preventif—mengganti nut/ulir, membersihkan dan membuka sumbatan cage, realignment cone—krusial untuk menjaga capaian desain 20–24% TBS. Ketika press dioptimasi dan dirawat, pabrik rutin mencapai ~23% CPO yield (fao.org); sebaliknya, pabrik dengan isu kronis di press umumnya melihat yield lebih rendah 2–5 poin. Downtime untuk perbaikan press menghentikan produksi dan menunda olah TBS—yang kemudian over-ferment dan menaikkan free fatty acids.
Baca juga: Solusi Industri Kelapa Sawit
Garis bawah operasi dan desain press
Operator menyeimbangkan tekanan terhadap pecahnya kernel (sering lewat kecepatan screw 10 rpm dan cone bertahap) untuk memaksimalkan OER, lalu menjaga disiplin perawatan untuk mempertahankannya. Prinsipnya konsisten dengan pedoman dan analisis lapangan: desain/configuration press serta perawatan telaten adalah penentu efisiensi ekstraksi (fao.org) (researchgate.net) (researchgate.net) (researchgate.net) (researchgate.net) (mdpi.com).
Sumber teknis: FAO (Food and Agriculture Organization), Palm Oil Processing, FAO Agricultural Services Bull. No. (1988) (fao.org) (fao.org); Olufemi Adetola dkk., Development of a Screw Press for Palm Oil Extraction, IJSER 5(7) (2014) (researchgate.net); M. Firdaus dkk., Preliminary Design on Screw Press Model of Palm Oil Extraction Machine, IOP MSE 165 (2017) (researchgate.net) (researchgate.net); M. A. Che Yunus dkk., Industry Survey on Screw Press Systems in Palm Oil Mills, Engineering Failure Analysis 54 (2015): 57–69—survei 105 pabrik Malaysia (researchgate.net); Nismah Panjaitan dkk., Engineering Proceedings 84 (2025): 96 (mdpi.com); serta buletin rekayasa (mis. MPOB Eng. Bull.) yang sejalan bahwa “ineffective press” berarti oil loss dan biaya (lihat juga researchgate.net).