Tandan kosong sawit (EFB/TKS) bisa mencapai 25–30% dari TBS (FFB) yang diolah—dan lindi yang merembes saat ditimbun setara ganasnya dengan POME mentah. Kuncinya: pelat beton kedap dengan drainase terpisah dan rangkaian pengolahan biologis hingga standar baku mutu.
Industri: Palm_Oil | Proses: Empty_Fruit_Bunch_(EFB)_Processing
Sebuah pabrik kelapa sawit 3.000 ton per hari dapat memuntahkan 750–900 ton TKS setiap hari—sekitar 25–30% dari TBS menurut studylib.net. Saat TKS ditimbun di ruang terbuka, hujan dan jus dari pelapukan serat melahirkan lindi berorganik tinggi yang mudah lolos ke tanah dan perairan.
Penelitian pengolahan TKS mencatat air cucian dengan COD (chemical oxygen demand/perangkap oksigen kimia) hingga ~75.000 mg/L dan BOD (biochemical oxygen demand/kebutuhan oksigen biologis) ≈31.300 mg/L—angka yang sebanding dengan POME (Palm Oil Mill Effluent/limbah cair pabrik sawit) mentah, di mana COD umumnya >20.000 mg/L dan BOD ≈30.000 mg/L (mdpi.com; mdpi.com). Dibiarkan tanpa kontrol, lindi seperti ini menguras oksigen di badan air dan berpotensi melanggar standar pembuangan.
Jawaban industrinya bukan tambal sulam, melainkan infrastruktur: pelat beton kedap, drainase dedikasi yang memisahkan air limbah dari air hujan—ketentuan yang ditegaskan regulasi Indonesia (id.scribd.com)—dan sistem pengolahan berjenjang sampai baku mutu.
Permukaan kedap dan kapasitas penampungan
Area penyimpanan TKS harus dibangun di atas permukaan kedap (reinforced concrete/beton bertulang) yang disegel untuk menutup pori dan sambungan. Ini mencegah lindi kaya nutrien meresap ke tanah atau air tanah, sekaligus memudahkan inspeksi visual dan pembersihan. Kemiringan pelat disetel sekitar 1–2% untuk mengalirkan limpasan ke saluran atau bak penangkap; semua retak atau sambungan disegel agar tak bocor.
Kapasitas ditentukan oleh beban TKS dan puncak hujan. Di Asia Tenggara, curah hujan badai dapat melampaui 100–200 mm/hari; pad TKS berskala besar perlu mengantisipasi ribuan meter kubik air. Praktiknya, pelat digradasi menuju satu atau lebih bak koleksi, dan area dikelilingi bund/kerb guna menahan limpasan besar. Pedoman merekomendasikan drainase terpisah antara efluen proses dan air hujan (id.scribd.com), sehingga saluran air hujan di pad tak boleh meluap ke sistem koleksi limbah.
Spesifikasi beton: mutu kuat (mis. C30/C35), ketebalan ≥15–20 cm dengan tulangan memadai untuk menahan beban truk/loader serta abrasi. Finishing trowel atau broom memberikan traksi, tetapi permukaan tetap harus disegel agar tidak cepat aus. Curing diperpanjang mencegah retak. Bila ada potensi tumpahan minyak atau kimia, pelapisan permukaan (epoxy/sealant) dapat dipakai untuk ketahanan tambahan.
Drainase khusus dan penangkapan limpasan
Sistem drainase dedikasi mengumpulkan seluruh limpasan dari pad. Pipa (PVC/HDPE) diberi kemiringan menuju tangki koleksi atau sump sentral dan disizing untuk debit puncak: skenario hujan terburuk plus limpasan dari tumpukan TKS jenuh. Penutup atau grill dipasang untuk mencegah penyumbatan oleh padatan; pada titik masuk, penambahan screen kontinyu seperti automatic screen membantu mengeluarkan sampah sebelum masuk pipa.
Jika TKS masih membawa jejak minyak, perangkap minyak atau logam dapat dipasang; unit pemisah minyak bebas seperti oil removal lazim ditempatkan di hulu. Regulasi Indonesia secara eksplisit meminta “saluran air limbah dipisahkan dari saluran air hujan” (id.scribd.com), memastikan hanya air tercemar yang menuju pengolahan.
Limpasan yang terkumpul dialirkan ke sump atau kolam pengendap berlapis kedap untuk pra‑treatment. Kolam/sump sedimentasi primer menjatuhkan serat TKS dan TSS (total suspended solids), yang umumnya menghilangkan 50–70% TSS sebelum tahap berikutnya. Alternatif tangki pengendap terpaket seperti clarifier dapat dipakai dalam jejak lahan lebih kecil. Dari sini, pompa atau gravitasi membawa air yang sudah lebih jernih ke fasilitas pengolahan utama. Semua sump/tangki harus dilapisi (liner) atau beton untuk mencegah rembesan, dengan overflow/emergency relief yang kembali aman ke sistem pengolahan atau storage seimbang tanpa membanjiri pad.
Rangkaian pengolahan sebelum pembuangan
Lindi TKS yang tertangkap berbobot organik sangat tinggi—COD/BOD setara POME mentah—sehingga wajib diolah agar memenuhi standar pembuangan (mdpi.com; id.scribd.com). Rangkaian multistage direkomendasikan sebagai berikut.
Sedimentasi/clarification: Di sump atau unit terpisah, beri waktu padatan mengendap dan skim minyak/skim. Praktik ini umumnya menghilangkan 50–70% TSS. Detritus dikorek untuk dikomposkan atau dialirkan ke digester anaerob. Untuk sedimentasi kompak, modul lamelar seperti lamela settler relevan sebagai pengganti kolam besar.
Anaerobic digestion (pencernaan tanpa oksigen): Untuk lindi berstrength tinggi, reaktor UASB (upflow anaerobic sludge blanket) atau lagoon dapat memangkas COD sebelum polishing. Lagoon anaerob konvensional berjalan pada HRT (hydraulic retention time/waktu tinggal hidrolik) ≥30–60 hari; pengalaman pengolahan POME menunjukkan retensi 60–75 hari memangkas BOD ~80–90% (mis. dari ~27.000 menjadi 3.500–5.000 mg/L; pustakapetani.blogspot.com). Biogas yang dihasilkan menjadi sumber energi berguna. Karena lindi TKS bisa toksik bila overload, ko‑digesti dengan aliran POME utama membantu menyeimbangkan nutrien (mdpi.com). Sistem paket waste-water biological digestion mencakup opsi anaerob maupun aerob untuk kebutuhan ini.
Aerobic polishing (oksidasi dengan aerasi): Setelah anaerob atau langsung, tahap aerob diperlukan untuk mencapai ambang regulasi. Opsi meliputi aerated lagoon, oxidation ditch, atau SBR (Sequencing Batch Reactor). SBR modular seperti sequence-batch-reactor-sbr lazim dipakai untuk beban fluktuatif; kolam aerob yang dirancang baik (HRT 10–20+ hari) dapat menurunkan BOD mendekati ≤100 mg/L (baku mutu Indonesia; id.scribd.com). Dengan ketersediaan lahan, wetland buatan—misalnya menggunakan Scirpus grossus—ditunjukkan mampu menghapus ~96–97% COD dan ~98% TSS untuk polishing POME selama ~30 hari (researchgate.net).
Filtrasi akhir/disinfeksi: Setelah biologis, filter pasir atau karbon aktif dapat dipakai untuk menurunkan kekeruhan/organik residual sebelum buang atau reuse. Media pasir dual‑media seperti sand-silica lazim untuk polishing. Untuk penyerapan organik terlarut, activated-carbon digunakan. Jika diperlukan inaktivasi mikroba tanpa kimia, disinfeksi UV seperti ultraviolet menjadi opsi biaya operasi rendah. Dalam banyak kasus, biotreatment ditambah polishing tenang sudah cukup untuk memenuhi seluruh parameter.
Baku mutu dan metrik desain pengolahan
Regulasi Indonesia (KepMenLH No.51/1995) menetapkan baku mutu efluen pabrik CPO: BOD ≤100 mg/L, COD ≤350 mg/L, TSS ≤250 mg/L, minyak & lemak ≤25 mg/L, total N ≤50 mg/L, pH 6–9 (id.scribd.com). Dengan kombinasi kolam anaerob/aerob yang ditata baik (retensi total ≥30–90 hari) dan polishing vegetatif, penurunan COD/BOD >90% telah ditunjukkan (researchgate.net; pustakapetani.blogspot.com), sehingga patuh baku mutu.
Volume lindi: jika luas pad A dan intensitas hujan R (mm/hari), limpasan maksimum harian ≈ 0,001·A·R (m³). Desain sump/pompa mengacu debit puncak ini plus aliran dasar dari pembilasan TKS. Kekuatan kontaminan: pakai asumsi desain COD lindi TKS ~50.000 mg/L (BOD ~30.000 mg/L; mdpi.com). Pada 1.000 m³/hari, beban organik mentah ~50.000 kg COD/hari; rangkaian pengolahan (mis. 80% anaerob + 90% aerob) harus memangkas ≥99,5% untuk mencapai <350 mg/L.
Waktu tinggal: pengalaman menunjukkan 30–60 hari anaerob + 10–20 hari aerob dapat mencapai >95% penghilangan BOD. Wetland (bila digunakan) membutuhkan ~20–30 hari retensi untuk mereduksi organik dan nutrien residual (researchgate.net).
Parameter lain: pH lindi TKS umumnya ≈5–7 (sedikit asam dari asam organik); aerasi/wetland akan menetralkannya. Nutrien (N, P) yang lepas dari dekomposisi TKS sebagian besar tertangkap biomassa atau terdenitrifikasi di zona anaerob; perhatian diperlukan agar amonia tak terbuang berlebih. Pemantauan periodik—minimal bulanan—untuk BOD, COD, TSS, minyak & lemak, NH₃‑N, dan pH diwajibkan bagi pabrik sawit (id.scribd.com).
Inti desain area TKS yang patuh
Diringkas, area simpan TKS perlu pelat beton kedap dengan kemiringan terukur dan drainase yang mengarah ke sistem penampungan tertutup. Limpasan yang tertangkap—“jus” ber‑BOD/COD tinggi—harus diproses dengan sedimentasi diikuti oksidasi biologis dan polishing (wetlands/filtrasi) untuk menurunkan organik 90–99% sebelum dilepas. Mengikuti langkah ini—yang didukung persyaratan regulasi (id.scribd.com; id.scribd.com)—bukan hanya mencegah kontaminasi tanah dan air, tetapi juga membuka peluang pemulihan sumber daya seperti biogas dari aliran limbah TKS.