Cara Menyaring Polutan Terlarut di Air Drainase Pertanian

Nutrien dan pestisida dalam aliran limpasan pertanian kerap melampaui batas aman. Tiga teknologi—activated carbon, ion exchange, dan constructed wetlands—menawarkan jalur berbeda menuju air yang lebih bersih, dengan kerangka keputusan yang berpihak pada data.

Industri: Agriculture | Proses: Runoff_&_Drainage_Management

Standar kesehatan Indonesia membatasi nitrat dalam air minum pada 50 mg/L NO3 (Permenkes 90/2002) (www.researchgate.net). Namun, drainase lahan yang dipupuk “rutin” melampaui angka itu. Ketika polutan terlarut seperti nitrate-N, ammonium, phosphate, dan jejak organik (pesticides, herbicides) membonceng arus limpasan, solusi “satu alat untuk semua” nyaris tak ada.

Di titik ini, tiga pendekatan yang sudah teruji tampil sebagai tulang punggung: filtrasi activated carbon (adsorpsi pada media karbon berluas permukaan tinggi), resin ion-exchange (pertukaran ion pada matriks polimer), dan constructed wetlands (lahan basah buatan yang mengandalkan tumbuhan–mikroba). Masing‑masing membawa kekuatan spesifik untuk polutan tertentu (pmc.ncbi.nlm.nih.gov) (www.researchgate.net).

Filtrasi Karbon Aktif Terhadap Organik Terlarut

Activated Carbon (AC, karbon aktif; media berpori sangat besar yang mengadsorpsi molekul organik) adalah metode “most efficient and … widely used” untuk pestisida dan mikropolutan sejenis (pmc.ncbi.nlm.nih.gov). Di lapangan, sebuah filter biochar (karbon) skala lapang yang menangani limpasan dari 437 ha lahan pertanian memangkas konsentrasi pestisida >99% pada awal operasi dan tetap ≥50% efektif bahkan setelah 34 minggu operasi kontinu (pmc.ncbi.nlm.nih.gov).

Unit GAC/PAC—GAC (granular activated carbon; karbon aktif granular) dan PAC (powdered activated carbon; karbon aktif bubuk)—tercatat menurunkan organophosphates dan pyrethroids 98–99% pada runoff irigasi (pmc.ncbi.nlm.nih.gov). Bahkan kadar pestisida jejak ~0,4 μg/L dapat ditekan di bawah 0,1 μg/L oleh filter GAC percontohan (pmc.ncbi.nlm.nih.gov). Teknologi ini efektif memoles (polish) polutan hidrofobik/teradsorpsi hingga level sub‑ppm.

Komprominya: AC berdampak terbatas pada ion terlarut kuat seperti nitrat dan memerlukan penggantian/regenerasi media (biaya media dan pembuangan). Desain umum memakai bed karbon granular—sering didahului praperlakuan sedimen—dan telah lazim di air minum maupun aplikasi runoff pertanian. Media komersial tersedia sebagai karbon aktif, dan proteksi media dari padatan bisa dipertimbangkan dengan filtrasi partikel halus seperti cartridge filter atau media granular seperti sand/silica sesuai kebutuhan proses.

Pertukaran Ion untuk Nitrat dan Ion Terlarut

Ion exchange (pertukaran ion; mekanisme substitusi ion pada resin berfungsi) menarget spesies ionik. Resin anion basa kuat (quaternary amines) dipakai untuk nitrat (NO3⁻), perchlorate, dan sebagainya; resin kation menangkap kation logam dan NH4⁺. Kapasitas resin dapat besar: uji bangku menunjukkan serapan nitrat hingga ~445 mg NO3‑N per gram resin pada influen tinggi (1000 mg/L) (www.researchgate.net).

Pada operasi kontinu, sebuah kolom resin anion 6 L (600 L/hari) yang mengolah efluen wetland mencatat rata‑rata ~70% reduksi NO3‑N selama 29 hari (www.researchgate.net). Secara prinsip, sistem IX yang dikelola baik dapat menurunkan nitrat mendekati nol hingga terjadi breakthrough (titik jenuh). Regenerasi (umumnya dengan larutan garam/NaCl brine) menentukan total penghilangan per siklus—konsekuensinya adalah limbah brine yang bersifat salin.

Kelebihan IX: sangat efektif untuk ion terlarut, jejak lahan kecil, dan teknologi matang—akin to water softeners. Kekurangannya: butuh prefiltrasi, konsumsi bahan kimia untuk regenerasi, serta menghasilkan brine. Untuk wilayah Indonesia dengan nitrat tinggi, IX sering direkomendasikan ketika target NO3 ketat (misalnya <50 mg/L) atau sebagai polishing pasca‑biologi. Implementasi praktis dapat memanfaatkan sistem Ion Exchange komersial dengan media ion-exchange resin, dan arsitektur peralatannya akrab—mirip softener—sehingga O&M mudah diadopsi.

Wetland Buatan untuk Pengurangan Nutrien

Constructed wetlands (lahan basah buatan; kolam dangkal bertanaman yang memanfaatkan mikroba–tumbuhan) mengurangi N via serapan tanaman serta nitrifikasi/denitrifikasi mikroba, dan P melalui serapan serta adsorpsi ke sedimen. Data lapangan: sebuah wetland sawah dengan water spinach mencapai ~54% penghilangan NH4‑N, ~43% NO3‑N, dan ~36% total P selama satu musim tanam (www.mdpi.com) (www.mdpi.com).

Secara tipikal tanpa rekayasa media, wetland memangkas sekitar 30–60% N dan 20–40% P. Penambahan media teknik dapat mendongkrak kinerja: wetland dengan zeolit melaporkan ~80–92% penghilangan total N dan ~70% P (www.mdpi.com); desain lain dengan substrat bata/abu terbang menghapus 89% NH4‑N dan 81% total P (www.mdpi.com).

Wetland juga menurunkan organik terlarut (BOD/COD—indikator beban organik—sekitar ~70–95%) serta sebagian logam dan patogen. Biaya energi rendah dan manfaat ekosistem menjadi nilai plus; kekurangannya: butuh lahan luas dan efisiensi yang berfluktuasi. Di iklim hangat/tropis seperti Indonesia, pertumbuhan tanaman sepanjang tahun menopang kinerja. Desain bergantung pada waktu kontak memadai (hitungan hari) dan vegetasi; kebutuhan ruang lazimnya 5–20% dari area yang didrain untuk mencapai pengurangan nutrien yang signifikan.

Kerangka Keputusan Berbasis Profil Polutan

ChatGPT Image Sep 26, 2025, 03_07_08 PM

Pemilihan teknologi bergantung pada profil polutan, laju alir, dan batasan lokasi. Kriteria inti:

  • Jenis Polutan: gunakan ion exchange untuk polutan ionik (nitrat, ammonium, arsenik) dan adsorpsi AC untuk mikropolutan organik (pestisida, herbisida) (pmc.ncbi.nlm.nih.gov) (www.researchgate.net). Contoh: insektisida neonicotinoid yang sangat larut lolos dari sistem parit sederhana tanpa terolah, sehingga memerlukan filtrasi AC (pmc.ncbi.nlm.nih.gov) (pmc.ncbi.nlm.nih.gov). Gunakan wetland untuk penghilangan nutrien campuran (N & P) saat beberapa spesies hadir bersamaan.
  • Target Regulasi: selaraskan dengan kualitas yang dipersyaratkan. Jika batas air minum berlaku (misalnya NO3‑N≤50 mg/L (www.researchgate.net)), prioritaskan teknologi yang dapat mencapainya. Satu wetland sering menyisakan NO3 di atas ambang aman (misalnya, penghilangan 54% masih bisa menyisakan ~25–75 mg/L dari influen 50–150 mg/L (www.mdpi.com)). Dalam kasus ini, tahap polishing dibutuhkan—misalnya, wetland atau VTS diikuti anion‑exchange; unit percontohan anion‑exchange menghapus tambahan ~70% NO3 (www.researchgate.net). Demikian pula, ketika MCL pestisida ketat, AC polishing diperlukan: unit AC mampu memangkas target dari level sub‑μg/L nyaris ke nol (>98% di uji lapang (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)).
  • Debit & Skala: pada debit rendah–menengah dengan beban tinggi (misalnya tile drainage terkonsentrasi), sistem rekayasa (kolom AC, IX) praktis. Untuk aliran difus besar, wetland lebih ekonomis. Patokan: sebuah pilot yang menghilangkan 70% NO3 dari 2,3 m³/hari (www.mdpi.com) memakai resin 6 L menyiratkan bahwa debit sangat besar memerlukan volume resin sangat besar. Sebaliknya, wetland diskalakan dengan luas namun membutuhkan detensi (hari).
  • Ruang & Iklim: lahan terbatas mengarah ke sistem kompak (AC atau IX). Jika lahan lapang dan iklim hangat, wetland menjadi solusi pasif yang menarik. Wetland menuntut O&M minimal; AC/IX memerlukan pengecekan media rutin. Di Indonesia, musim tanam sepanjang tahun membuat serapan nutrien berkelanjutan.
  • Biaya & Perawatan: wetland cenderung biaya O&M rendah (utamanya manajemen vegetasi) namun investasi lahan–galian tinggi. AC/IX menuntut biaya berulang (media, bahan regenerasi). Studi efektivitas biaya menunjukkan penghilangan nutrien via wetland berada pada rentang lebar—sering puluhan hingga ratusan USD per kg N dihilangkan—bergantung rancangan (www.mdpi.com). Secara bisnis, bandingkan biaya daur hidup: misalnya biaya media AC ($/kg) versus biaya lahan wetland ($/m²).
  • Pendekatan Hibrida: sering kali solusi terbaik adalah multistage. Parit bervegetasi yang diikuti filter AC mampu menangani N dan organik. Bukti lab dan lapangan menunjukkan integrasi semacam ini: filtrasi biochar setelah perlakuan bervegetasi menurunkan sisa pestisida dan toksisitas hingga non‑deteksi (pmc.ncbi.nlm.nih.gov) (pmc.ncbi.nlm.nih.gov). Praktiknya: alirkan drainase ke wetland awal (pengurangan massal N, pengendapan sedimen) lalu ke unit karbon untuk menyapu mikropolutan tersisa. Matriks keputusan sederhana membantu: jika nitrat >50 mg/L gunakan IX; jika residu pestisida >1 μg/L gunakan AC; jika N & P tinggi dan lahan tersedia, dahulukan wetland.

Rekomendasi Taktis per Beban Dominan

Prinsipnya: selaraskan teknologi dengan kontaminan. Jika nitrat dominan: pertimbangkan IX atau denitrifikasi biologis (wetland) untuk pemotongan massal, dengan perhatian pada pembuangan brine. Jika organik dominan: pasang filter AC (bed karbon granular) yang mampu >95% penghilangan (pmc.ncbi.nlm.nih.gov). Jika campuran: kombinasikan; misalnya wetland (memangkas 40–80% N) diikuti AC (menangkap mikropolutan jejak) memaksimalkan kinerja total. Angka kinerja yang dikutip—misalnya 54% penghilangan NH4 (www.mdpi.com), 99% penghilangan pestisida (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)—memberi panduan ekspektasi. Dalam semua kasus, uji pilot di kondisi lokal disarankan.

Referensi dan Sumber Data

  • Zieliński, B., Miądlicki, P., Przepiórski, J. Development of activated carbon for removal of pesticides from water: case study. Sci. Rep. 12, 20869 (2022). DOI:10.1038/s41598-022-25247-6 (pmc.ncbi.nlm.nih.gov) (pmc.ncbi.nlm.nih.gov).
  • Phillips, B.M., McCalla-Fuller, L., Siegler, K., Deng, X., Tjeerdema, R.S. Treating Agricultural Runoff with a Mobile Carbon Filtration Unit. Arch. Environ. Contam. Toxicol. 82, 455–466 (2022). DOI:10.1007/s00244-022-00925-8 (pmc.ncbi.nlm.nih.gov) (pmc.ncbi.nlm.nih.gov).
  • Yaragal, R., Mutnuri, S. Nitrates removal using ion exchange resin: batch, column and pilot-scale studies. Int. J. Environ. Sci. Technol. 20, 1365–1379 (2023). DOI:10.1007/s13762-021-03836-8 (www.researchgate.net) (www.researchgate.net).
  • Hsu, C.-Y., Yan, G.-E. Constructed Wetlands as a Landscape Management Practice for Nutrient Removal from Agricultural Runoff – A Case Study in Taiwan. Water 13, 2973 (2020). DOI:10.3390/w13212973 (www.mdpi.com) (www.mdpi.com).
  • Chang, Y., Zhao, B., et al. The Use of Constructed Wetland for Mitigating Nitrogen and Phosphorus from Agricultural Runoff: A Review. Water 13, 476 (2021). DOI:10.3390/w13040476 (www.mdpi.com) (www.mdpi.com).
  • Singh, B., Sekhon, G.S. Fertilizer-N use efficiency and nitrate pollution of groundwater in developing countries. J. Contam. Hydrol. 20(3), 167–184 (1995). (Mengutip batas Indonesia Permenkes 90/2002: 50 mg/L) (www.researchgate.net).
Chat on WhatsApp