Legionella di Menara Pendingin Pembangkit: Saatnya Rencana Kendali yang Agresif

Kasus Legionnaires’ disease melonjak dan menara pendingin (cooling tower) kerap menjadi sumbernya. Di iklim Indonesia yang hangat‑lembap, kontrol biocide yang konsisten, pembersihan berkala, dan uji rutin adalah garis pertahanan utama.

Industri: Power_Generation_(HRSG) | Proses: Cooling_System

Angka kasus Legionnaires’ disease telah naik tajam—≈10.000 kasus di AS pada 2018 menurut ASM. Jejak outbreak sering kembali ke sistem pendingin: wabah New York 2015 menautkan satu menara dengan 138 kasus (16 kematian) (ASM), dan klaster Harlem 2025 memicu 111 kasus dan 6 kematian dari 12 menara terkontaminasi (AP News).

Data survei menegaskan kontaminasi itu umum: sebuah studi di Tiongkok menemukan 35,7% dari 255 sampel menara pendingin industri positif Legionella (rata‑rata 9.100 CFU/L; CFU/L = colony‑forming units per liter) (IJERPH via PMC). Di Indonesia yang hangat‑lembap (20–50 °C sepanjang tahun), menara pendingin menyediakan kondisi ideal bagi bakteri ini (Kemenkes/BSSN, slideshare). Kesimpulannya jelas: dibutuhkan rencana kendali agresif—pertahankan residual biocide, lakukan pembersihan menyeluruh, dan uji rutin untuk menekan hitungan bakteri serendah mungkin.

Program biocide terkelola dan terpantau

Regimen biocide yang kuat menekan pertumbuhan Legionella. Pedoman menekankan dosing otomatis untuk menjaga residual disinfektan (mis. free chlorine) konstan (CDC toolkit). Ketika kadar klorin turun, Legionella bisa melonjak—sebuah studi mencatat pada kondisi klorin rendah bakteri melampaui 10^4 CFU/L (PubMed). Dalam praktik, banyak operator menargetkan ~1–3 ppm free chlorine secara kontinyu, dengan controller otomatis (sesuai rekomendasi CDC di sini) yang menyesuaikan dosis berbasis aliran atau sensor untuk menghindari kesalahan manusia. Solusi dosing presisi seperti dosing pump dan paket chemical cooling tower mendukung konsistensi ini di lapangan.

baca juga: 

Pengertian dan Pengaruh TDS dan TSS Terhadap Kualitas Air

Disinfeksi kejutan dan rotasi kimia

“Shock” berkala (dosis oksidator tinggi) krusial untuk merobohkan penumpukan. CDC menganjurkan menaikkan free oxidant ke ≥20 ppm selama siklus shock (CDC toolkit). Studi kasus menunjukkan efektivitasnya: pada satu menara pendingin, shock klorin kuat plus feed kontinyu menurunkan Legionella dari ~10^6,14 menjadi 10^1,77 CFU/L (≈4,4‑log atau 99,99% reduksi) (IJERPH via PMC). Sebaliknya, shock berbasis peroksida+perak di sistem yang sama justru menaikkan hitungan (dari 5,06 ke 6,14 log CFU/L) (IJERPH via PMC). Rencana perlu merinci biocide yang dipakai—klorin, bromin, ozon, dll.—dan bagaimana merotasinya (oksidizing vs non‑oxidizing) untuk mencegah resistensi dan menarget biofilm. Paket biocides yang kompatibel dengan strategi rotasi memudahkan eksekusi harian.

Kontrol pendukung dan kualitas air

Efektivitas biocide bergantung pada pH dan penghambat lain. CDC menyarankan saat shock, pH dijaga <8,0 (klorin) atau <10,5 (bromin) (CDC toolkit). Dispersant dan antifoaming agent membantu oksidator menjangkau seluruh air dan biofilm (CDC toolkit), yang dapat difasilitasi oleh dispersant chemicals dan formulasi antifoam. Operator juga memantau heterotrophic plate count/HPC (indikator bakteri heterotrof) sebagai indikator tidak langsung: lonjakan HPC atau Pseudomonas kerap mendahului ledakan Legionella; dalam studi yang sama, HPC (36 °C) turun ~1,95 log setelah penanganan yang tepat (IJERPH via PMC). Pencatatan kontinu kimia air dan indikator mikroba memverifikasi bahwa program biocide bekerja sebagaimana mestinya.

Pembersihan dan disinfeksi terjadwal

Biofilm, scale, dan debris adalah “rumah” bagi Legionella; pembersihan fisik rutin adalah kunci. Pedoman industri dan CDC menyerukan menara offline untuk deep cleaning setidaknya tahunan (CDC toolkit) (CDC toolkit); sebagian operator melakukannya semi‑tahunan di lokasi berisiko tinggi. Selama outage, menara dikeringkan lalu seluruh permukaan, nozzle, dan sump disikat atau di‑pressure wash, kemudian disinfeksi kimia menyeluruh (membanjiri sistem dengan oksidator dosis tinggi). Protokol CDC untuk offline shock: sirkulasikan air dan capai ≥20 ppm oxidant, pertahankan kontak sembari scrubbing (CDC toolkit). Menurunkan cycles of concentration (memperbesar bleed‑off) membantu mengeluarkan sedimen (CDC toolkit). Layanan seperti cooling tower cleaning service mempercepat eksekusi jadwal ini secara aman.

Baca juga: 

Penerapan Sistem Biofilter dalam Pengolahan Limbah Air

Pengendalian sedimen dan kimia pengisian ulang

ChatGPT Image Oct 21, 2025, 03_23_03 PM

Setelah pembersihan, sistem dirakit kembali dan diisi ulang (make‑up) dengan kontrol kimia yang ketat. Inhibitor scale dan korosi perlu dipulihkan proporsional. Dengan menghapus sludge dan residu organik, pembersihan “menggencet” nutrien Legionella. Bukti empiris menegaskan: setelah cleaning wajib dan penguatan klorinasi, hitungan Legionella dan heterotrof turun mendekati level latar (IJERPH via PMC). Bila tahap fisik (mis. scrubbing) dilewatkan, bakteri dapat tumbuh kembali di kantong tersembunyi. Penggunaan paket scale inhibitors dan corrosion inhibitors membantu menjaga stabilitas air pasca‑start‑up.

Pembersihan darurat dan konfirmasi

Jika uji rutin atau insiden menunjukkan hilangnya kontrol, eksekusi “emergency shutdown and clean” harus segera dilakukan—CDC menyediakan hierarki protokol respons darurat. Praktiknya berarti melakukan offline disinfection meski di luar jadwal untuk mencegah paparan, diikuti pengujian konfirmasi (re‑affirmation testing) untuk memastikan keberhasilan.

Pengujian Legionella dan ambang tindakan

Rencana harus memasukkan pengujian lingkungan. Frekuensi bergantung risiko: praktik umum adalah uji bulanan atau triwulanan sampel basin/sump untuk kultur Legionella (sebagian yurisdiksi mewajibkan triwulanan; triwulanan adalah minimum yang masuk akal untuk sistem berintensitas tinggi). Sampel diambil dari sump atau distribution basin dan dikultur sesuai metode standar. Monitoring membangun baseline: satu survei menunjukkan hitungan pada sampel positif berkisar 10^2 hingga 8,8×10^4 CFU/L (IJERPH via PMC). Rencana harus menetapkan ambang tindakan—banyak panduan keselamatan air memperlakukan <100 CFU/L sebagai dapat diterima, sementara >1.000 CFU/L memicu remediasi segera (NCBI Bookshelf). Jika Legionella terdeteksi di atas ambang, langkah korektif (dosis biocide lebih tinggi, pembersihan, peningkatan ventilation purge) harus dijalankan. Sesuai saran CDC, bahkan satu kasus Legionnaires’ disease yang terkonfirmasi terkait menara atau setiap temuan level tinggi umumnya memerlukan notifikasi kesehatan publik dan tindakan kontrol intensif.

Indikator kinerja dan pola musiman

Selain uji langsung Legionella, parameter korelatif dipantau berkala. HPC (total bakteri aerob) dan residual klorin dicatat setidaknya mingguan atau bulanan; deviasi tajam (lonjakan HPC atau hilangnya klorin) dapat memicu uji Legionella lebih cepat. Tren musiman penting: studi Tiongkok menemukan kontaminasi lebih tinggi pada musim panas (puncak 27.100 CFU/L pada Agustus) daripada bulan lebih sejuk (IJERPH via PMC). Ini menyarankan peningkatan frekuensi uji pada cuaca hangat atau setelah periode stagnan. (метриcolation changes, or if CC> monitoring.)

Verifikasi efektivitas dan dokumentasi

Uji rutin juga mengevaluasi kinerja pengendalian. Setelah shock dose, sampling segera harus memastikan penurunan tajam sebagaimana terlihat pascaklorinasi (IJERPH via PMC). Menjaga hasil di bawah ambang dari waktu ke waktu adalah metrik objektif—fasilitas bahkan dapat mencatat “legionella‑free” streak sebagai penanda keberhasilan. Dalam jangka panjang, rekam hasil uji memberi tren untuk menjadwalkan perawatan mendatang dan menunjukkan kepatuhan regulasi.

Setiap elemen—dosing biocide, pembersihan, pengujian—bersandar pada data. Misalnya, konversi satu pembangkit ke program berbasis klorin dengan pembersihan tahunan menghasilkan penurunan Legionella lebih dari 4‑log (IJERPH via PMC). Sebaliknya, mengabaikan salah satu bagian mengundang pertumbuhan kembali: tanpa shock atau cleaning rutin, menara kembali mencatat 10^3–10^5 CFU/L (IJERPH via PMC). Karena itu, rencana manajemen harus mengintegrasikan siklus “monitor–act–verify”. Dokumentasi yang jelas (jenis dan jumlah bahan kimia yang ditambahkan, tanggal pembersihan, hasil uji) memastikan kesinambungan dan akuntabilitas.

Baca juga: Pengolahan Limbah Secara Kimia

Referensi dan acuan teknis

Sumber: pedoman CDC, studi peer‑reviewed, dan panduan kesehatan Indonesia. Referensi kunci termasuk modul CDC “Controlling Legionella in Cooling Towers” (toolkit, Jan 2025) (CDC) (CDC) (CDC) (CDC), yang memaparkan protokol kontrol dan pembersihan; studi kasus di Int. J. Environ. Res. Public Health (2017, 2015) (PMC) (PMC) yang mendokumentasikan efektivitas biocide dan prevalensi; serta peringatan resmi (mis. edaran kesehatan Indonesia 2022 yang menyebut cooling tower sebagai habitat Legionella, slideshare). Semua ini menjadi dasar rekomendasi rencana kendali Legionella berbasis data.

Chat on WhatsApp