Scale barium–strontium sulfat di fasilitas hulu bisa memusatkan radium hingga ~14.800 Bq/g, jauh di atas batas air minum ~0,185 Bq/L. Panduan ini merangkum pemantauan, penanganan, dan pembuangan NORM—hingga aturan lisensi di Indonesia.
Industri: Oil_and_Gas | Proses: Upstream_
Di balik operasi produced water (PW, air formasi yang ikut terproduksi), ada fakta yang tidak bisa diabaikan: scale pada tubular sumur dan separator dapat “menjebak” radium (Ra‑226/228) dari peluruhan U/Th. Data OSHA menunjukkan konsentrasi Ra rata‑rata ~17,8 Bq/g dalam scale—dengan catatan ekstrem hingga ~14.800 Bq/g—dan sekitar ~2,8 Bq/g pada sludge tangki www.researchgate.net. Sebagai pembanding, batas air minum untuk total radium adalah ~0,185 Bq/L (5 pCi/L) www.scribd.com.
Dalam praktik, PW yang kaya klorida dapat melarutkan radium; ketika air ini diangkat ke permukaan dan diolah, Ra ikut terperangkap dalam scale/sludge. Pada awal 1990‑an, satu operator di Teluk (Gulf) menimbun lebih dari 2.300 barrel padatan NORM hasil operasi pembersihan—limbah yang “menjadi bahaya kesehatan dan masalah pengelolaan limbah” dan butuh kendali ketat www.ogj.com www.ogj.com.
Sumber NORM dan signifikansi operasional
NORM (Naturally Occurring Radioactive Material, material radioaktif alami) di PW terutama berupa Ra‑226/228 terlarut yang ikut mengendap sebagai scale barium–strontium sulfat atau menjadi sludge. Kapan pun scale terbentuk, potensi pemusatan Ra meningkat, sehingga titik‑titik rawan seperti separator, heat exchanger, pig trap, dan pit wajib dipetakan sejak awal www.scribd.com.
Dalam train pengolahan PW, unit pemisahan awal menjadi lokasi akumulasi padatan dan residu. Operator sering mengandalkan pemisahan fisik (screens, oil removal, primary treatment) seperti solusi waste‑water physical separation dan peralatan automatic screen untuk pengeluaran debris kontinyu sebelum pekerjaan pembersihan besar dilakukan. Di sisi kimia, injeksi pengendali kerak relevan untuk meminimalkan pembentukan scale—praktik ini lazim didorong melalui injeksi terkendali memakai dosing pump dan program scale inhibitor pada aliran produksi.
Rencana survei NORM dan titik ukur
Dasarnya adalah NORM survey plan (rencana survei NORM) yang memetakan seluruh item peralatan tempat scale/sludge bisa menumpuk—separator tank, heat exchanger, pig trap, pit, dan lain‑lain www.scribd.com. Secara berkala (misalnya tahunan atau sebelum cleanout mayor), petugas terlatih melakukan pemindaian radiasi dengan γ‑dose ratemeter (pengukur laju dosis gamma) dan surface contamination probe (probe kontaminasi permukaan). GM atau scintillation detector (detektor Geiger‑Müller atau sintilasi) digunakan pada jarak 1–2 m dari peralatan untuk mendeteksi peningkatan laju dosis eksternal; bahkan kenaikan kecil di atas background bisa menandai deposit NORM tersembunyi—background permukaan laut ~0,05 µSv/jam (mikrosievert per jam) www.scribd.com. Batas praktis: pembacaan “lebih dari dua kali background” diperlakukan sebagai kontaminasi www.scribd.com.
Permukaan yang dicurigai kemudian diukur dengan β/γ contamination counter (pengukur kontaminasi beta/gamma) atau dilakukan smear test (usap) untuk estimasi Bq/cm² (becquerel per sentimeter persegi) www.scribd.com www.scribd.com. Strategi survei menetapkan pemindaian laju dosis eksternal di sekeliling peralatan untuk menemukan hot spot; ukur di keliling peralatan untuk skrining kontaminasi dan pada jarak 1 m dari sumbu untuk penilaian dosis pekerja. Area yang melebihi baseline diberi tanda dan diambil sampel www.scribd.com.
Kalibrasi instrumen dan proteksi personel
Instrumen harus intrinsically‑safe/explosion‑proof (aman intrinsik/tahan ledak) dan sesuai untuk NORM—misalnya thin‑window β/γ probe. Partikel α (alpha) biasanya tidak relevan karena film minyak ~50 µm menghentikan α, sehingga fokus pada β/γ. Detektor dikalibrasi untuk isotop NORM, namun pembacaan umumnya dalam counts/sec (cps) karena spektrum campuran tidak dapat dikonversi presisi www.scribd.com www.scribd.com. Pekerja memakai dosimeter personal (elektronik atau TLD, thermoluminescent dosimeter) dan mencatat tugas; rasio dosis dan spot reading dipakai untuk menjaga paparan tetap ALARA (as low as reasonably achievable) www.scribd.com.
Data survei ini langsung terhubung ke keputusan perawatan: jika laju dosis mendekati background, level scale kemungkinan rendah; pembacaan lebih tinggi—bahkan beberapa µSv/jam—memicu rencana dekontaminasi. Tren waktu (misalnya kenaikan laju dosis di separator) dapat memprediksi kapan pembersihan rutin diperlukan.
Kontrol area kerja dan penanganan limbah
Begitu pekerjaan menyentuh peralatan yang terkontaminasi NORM, kontrol rekayasa dan administratif berlaku. Area kerja dipagar dengan papan peringatan radiasi (simbol trefoil); ukuran batas mengikuti tingkat kontaminasi—cukup untuk bekerja aman—dan hanya personel esensial terlatih yang boleh masuk www.scribd.com www.scribd.com. Lantai dilapisi liner kedap (PVC cerah) atau drip pan di bawah pipa/tangki/pompa yang dibuka untuk menangkap tumpahan atau debris—liner dan penampung diperlakukan sebagai terkontaminasi www.scribd.com.
PPE (alat pelindung diri) mencakup coverall, sarung tangan, dan bila perlu respirator. Saat keluar, PPE “panas” disurvei lalu dibungkus untuk dibuang atau dicuci sesuai kebutuhan; pakaian/kapas pembersih yang terkontaminasi diperlakukan sebagai limbah NORM www.scribd.com. Semua limbah—pipa bekas, filter, kain lap, sludge—masuk ke drum/box tersegel berlabel “NORM Waste” dan ditempatkan di area terbatas bertanda “Caution: NORM”. Setiap batch limbah diambil sampel representatif untuk analisis aktivitas. Komponen yang terbaca >2× background atau memiliki kontaminasi yang dapat terangkat (removable) ditandai dan dipisahkan sebagai limbah radioaktif www.scribd.com www.scribd.com www.scribd.com.
Prinsipnya jelas: tidak ada limbah NORM padat maupun cair yang dibuang sembarangan. Usai menguras separator, liner sludge dan sump dibersihkan, slurry dipompa ke drum. Pedoman industri (Gambar 13) menampilkan tumpukan drum berlabel limbah NORM siap pembuangan www.scribd.com. Kode kapal kerja Prancis dan praktik terbaik industri juga menekankan pengantongan (bagging) ketimbang vacuuming serta pemeriksaan ulang semua alat sebelum meninggalkan zona. Untuk mengurangi carry‑over minyak ke tahap berikutnya, fasilitas PW umumnya mengoperasikan unit penurun minyak seperti deoiler atau bahan kimia pemecah emulsi seperti demulsifier sebelum pekerjaan dekontaminasi.
Rute pembuangan dan kepatuhan regulasi
Disposal limbah ber‑NORM memakai pendekatan berjenjang: makin tinggi aktivitas, makin dalam isolasinya. Panduan AS (API/USGS) menunjukkan NORM terkonsentrasi tinggi “harus diisolasi sepenuhnya (misalnya kubah garam dalam atau Class A wells)”, sedangkan limbah beraktivitas rendah dapat dikubur atau masuk landfill khusus www.scribd.com.
Deep well injection menjadi opsi utama: banyak sumur injeksi “drilling‑waste” menerima produced water bahkan sludge. Di lepas pantai Louisiana (salah satu wilayah AS yang mengatur NORM), operator diizinkan memompa cutting terkontaminasi NORM ke reservoir terdeplesi via hydraulic fracturing—persetujuan regulator menuntut pemodelan yang membuktikan rekahan pendek, partikel tidak bermigrasi keluar zona, dan radiasi terlindung batuan www.ogj.com www.ogj.com www.ogj.com. Metode ini memanfaatkan sumur minyak eksisting dan efektif: karena radium terikat dalam fragmen scale sulfat yang tidak larut, ia tetap terperangkap di formasi www.scribd.com. Secara umum, reinjeksi fluida ber‑NORM ke zona terdeplesi atau deep disposal well (MD wells) adalah opsi paling praktis dan aman, dengan catatan integritas sumur terjamin.
Untuk aktivitas rendah dan bila regulasi mengizinkan, sludge NORM bisa disebar di area terkendali atau ke landfill khusus—API menunjukkan “surface spreading with dilution” sebagai opsi isolasi rendah untuk debu serpih dengan radioaktivitas ringan www.scribd.com. Namun banyak negara membatasi ketat. Di Indonesia, limbah NORM pada praktiknya tergolong “limbah radioaktif”, sehingga pembuangan ke landfill umum umumnya dilarang tanpa izin radiasi. (Sebaliknya, sebagian negara memberi batas <10 Bq/g untuk aplikasi ke tanah di bawah aturan pengecualian—di Indonesia harus mengikuti kriteria clearance BAPETEN.)
Peralatan logam yang terkontaminasi dapat didekontaminasi (acid flushing atau pengupasan mekanik). Jika memenuhi clearance, logam boleh didaur ulang; jika tidak, dikelola sebagai limbah. Dalam praktik, peralatan “panas” NORM dikirim ke pengelola limbah radioaktif berlisensi; di sejumlah negara, scrap yang memicu alarm radiasi di bea cukai menegaskan bahwa scale harus diangkat lebih dulu.
Di Indonesia, peraturan BAPETEN (Perka 9/2009 dan 16/2013) mewajibkan Analisis Keselamatan Radiasi dan perizinan untuk penyimpanan TENORM (Technologically Enhanced NORM) di lokasi conferences.iaea.org. Per 2020, lisensi TENORM yang diterbitkan di Indonesia kurang dari 20 inis.iaea.org. BAPETEN dan Kementerian LHK (KLHK) kini bersama‑sama mengawasi limbah TENORM melalui MoU 2017 www.bapeten.go.id. Artinya, setiap sludge atau peralatan dengan Ra meningkat harus ditelusuri sebagai limbah radioaktif—dengan kontrol serupa instalasi nuklir.
Hasil berbasis data dan angka pemicu
Aturan 2× background dan penahanan limbah di drum membuat praktis tidak ada radium terdeteksi yang keluar dari area NORM. Audit industri (IAEA/IRPA) menunjukkan, kepatuhan pada praktik ini menahan dosis pekerja mendekati background alam dan mencegah kontaminasi lingkungan. Di Texas dan Louisiana, penegakan dan aturan pembuangan yang diperketat sejak 1990‑an telah menghilangkan insiden scrap metal terkait NORM dan membatasi penyebaran radium www.ogj.com www.scribd.com.
Secara operasional, perusahaan menetapkan pemicu kuantitatif: 0,05–0,1 µSv/jam sebagai level “scan” dan >2× background sebagai kontaminasi, lalu mengontrak pengelola limbah berlisensi. Praktik yang ditopang pedoman IOGP/IAEA dan hukum lokal ini meminimalkan dosis dan mencegah NORM masuk ke domain publik www.scribd.com www.scribd.com. Dalam desain fasilitas, peralatan pendukung pengolahan air turut menjaga konsistensi operasi—misalnya water‑treatment ancillaries untuk mendukung handling dan isolasi residu pada tahap awal.