Penyiraman air cepat menguap dan mahal dioperasikan. Campuran surfactant dan garam higroskopis (CaCl2/MgCl2) membuat permukaan tetap lembap lebih lama, memangkas PM hingga >90% dan biaya tahunan 30–46%.
Industri: Cement | Proses: Dust_Control_&_Air_Filtration
Regulasi Indonesia mewajibkan pengendalian debu aktif di tambang dan konstruksi: pedoman teknis pertambangan (Kepmen 1827/2018) mensyaratkan penyiraman jalan dan tindakan korektif bila melewati ambang batas, sebagaimana dirangkum di sini dan batas paparan pekerja diatur ketat dalam Permenaker 13/2011 (tautan). Di lapangan, jalan angkut tanah dan stockpile dijaga tetap basah dengan truk air, sering memakai pola “checkerboard” atau spot spraying (dokumen standar).
Masalahnya, air biasa cepat menguap dan hanya “mengikat” debu selama masih ada cairan—efeknya hitungan jam. Ulasan industri menegaskan air “harus diaplikasikan sering untuk menjaga kelembapan” karena umurnya pendek (Global Road Technology). Di iklim kering, biaya air naik (hingga ≈$0,4/m³ di beberapa wilayah) dan ongkos aplikasi—bahan bakar dan tenaga—menjadi dominan, bisa 5–10× harga beli air, dengan truk beroperasi 24/7 (estimasi biaya air; biaya aplikasi truk). Satu contoh: operasi besar memakai ~10^9 L/tahun untuk kontrol debu dan membakar ~10^6 L solar/tahun untuk aplikasi (Cypher).
Peningkatan efektivitas penyiraman dengan bahan tambahan menjadi urgensi ekonomi dan operasional—termasuk penambahan peralatan injeksi kimia berakurasi tinggi seperti dosing pump untuk menjaga dosis rendah tetap konsisten di air semprot.
Baca juga: Jenis – Jenis Limbah Cair
Wetting agent berbasis surfactant
Surfactant (agen aktif permukaan) menurunkan tegangan permukaan air, sehingga tetesan menyebar dan menyusup ke partikel debu yang cenderung hidrofobik. Hasilnya, droplet lebih mudah menangkap dan menggumpalkan debu, dengan retensi lebih baik di permukaan (Martin Engineering; ringkasan industri Indonesia di beta.co.id). Martin Engineering mencatat kebutuhan kelembapan bisa turun separuh: misalnya, membasahkan material perlu ~5% air, menjadi ~2,5% dengan surfactant (sumber).
Uji laboratorium menegaskan percepatan wetting: penambahan surfactant nonionik (Triton X-100) memangkas waktu sedimentasi/basah dari 632 detik (air saja) menjadi ~278 detik; sebagai pembanding, larutan kalsium klorida (CaCl2) ~567 detik pada kondisi sama (studi PMC). Praktisnya, semprotan air + surfactant mencapai penekanan debu setara dengan <50% kelembapan dibanding air saja (Martin Engineering; beta.co.id). Pasokan bahan tambahan ini lazim masuk portofolio chemical untuk mining dan air dengan formulasi disesuaikan dosis rendah.
Garam higroskopis CaCl2 dan MgCl2

Garam higroskopis/deliquescent (penyerap uap air), terutama CaCl2 dan MgCl2, memperpanjang retensi kelembapan. Ketika disemprot, garam ini menyerap kelembapan relatif (RH) dari udara dan membentuk brine (larutan garam) yang menghambat penguapan. Jalan berlapis CaCl2/MgCl2 “tetap lembap bahkan saat cuaca kering” karena mengurangi evaporasi dan “menyerap air dari atmosfer” (Global Road Technology).
Keduanya juga bertindak sebagai pengikat tanah: solut menempati pori dan meningkatkan kohesi melalui ikatan ionik/flokulasi, membentuk crust yang lebih keras. Sejumlah studi mencatat MgCl2 cenderung menghasilkan permukaan sedikit lebih keras/stabil dibanding CaCl2, meski keduanya sangat higroskopis (GRT; GX Contractor). Efektivitas membutuhkan kelembapan moderat: MgCl2 aktif menyerap air saat RH ≳32% pada 25°C, CaCl2 pada ≳29% (GRT). Catatan penting: larutan klorida paling berguna di iklim kering/moderat; hujan deras dapat cepat meluruhkannya, dan perlu kehati-hatian terhadap korosi serta limpasan lingkungan.
Data lapangan/lab menonjol: brine MgCl2 mengurangi emisi PM10 (partikel ≤10 μm) >95% pada berbagai kecepatan angin dibanding tanpa perlakuan (MDPI; hasil uji), bahkan pada 40–60% dari laju aplikasi standar masih menekan >90% debu saat angin tinggi (MDPI). Efek kelembapan self‑replenishing ini jauh melampaui air.
Untuk jalan angkut, opsi formulasi siap aplikasi seperti hauling-road dust suppressant kerap dipilih; di operasi batubara, penekanan debu di stockpile bisa mengacu ke solusi kategori coal-dust suppressant.
Baca juga: Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Hasil kinerja dan durasi kontrol
Dibanding penyiraman air, additives memperpanjang durasi kontrol secara signifikan. Pada uji jalan berdampingan, segmen berklorida butuh ~75–80% lebih sedikit regrading: gravel tanpa perlakuan ~8 kali/tahun vs segmen berklorida ~2 kali/tahun (GX Contractor). Emisi PM2.5/PM10 (partikel halus ≤2,5 μm/≤10 μm) turun sekitar separuh hingga dua pertiga dengan CaCl2/MgCl2 atau polimer (laporan)—angka 50–70% vs tanpa perlakuan (sumber)—dengan MgCl2 dan CaCl2 paling tahan lama. Hasil akhirnya: pengurangan total biaya 30–46% termasuk pemeliharaan (GX Contractor).
Ringkasnya, surfactant membuat tiap semprotan “lebih jauh jangkauannya” sehingga volume dan frekuensi turun (Martin Engineering; beta.co.id). Brine klorida menjaga permukaan lembap berhari‑hari hingga berminggu‑minggu (tergantung kelembapan), sedangkan air saja kering kembali dalam hitungan jam—dengan pengurangan PM10 >90% pada uji terowongan angin (MDPI; MDPI).
Analisis biaya: bahan kimia vs air
Surfactant dan garam menambah biaya material. Evaluasi tertentu menunjukkan wetting agent (mis. sodium/alkyl polyphosphate atau organic wetting agents) sekitar ¥2000–3000 per unit‑area, sementara air ¥86 (PMC). Larutan CaCl2/MgCl2 juga beberapa kali lebih mahal per liter dibanding air. Namun program air murni membawa ongkos tak langsung yang besar: alat berat, solar, tenaga, dan hilangnya produktivitas saat penyiraman. Estimasi industri mengutip air baku ~$385/Mℓ di zona kering, dan biaya hauling 5–10× harga air (Cypher; aplikasi 24/7).
Efek jangka panjang menutupi biaya kimia. Dalam studi CSU yang dirujuk, jalan berklorida hanya ~$9–11 ribu/mile‑tahun dibanding ~$20 ribu/mile‑tahun untuk tanpa perlakuan/air saja—sekitar 45% lebih rendah (GX Contractor; perbandingan). Penghematan muncul karena grading dan penyiraman turun dari ~8×/tahun menjadi ~2×/tahun (detail). Contoh lain, produsen agregat Kanada menghemat ~$12.000 per tahun dengan beralih dari penyiraman harian ke aplikasi polimer/kimia bulanan—interval perawatan melar dari mingguan ke bulanan (Iron Bird).
Contoh kuantitatif: bila sebuah tambang memakai 1×10^9 L/tahun untuk kontrol debu (Cypher), pada $0,0004/L biaya air ≈$400 ribu—belum termasuk aplikasi yang mengalikan biaya. Dengan brine CaCl2/MgCl2, volume bisa tinggal beberapa persen dari baseline (pengurangan air 90%+ bergantung formula), sehingga total (kimia+pencampuran+retreatment sesekali) berada jauh di bawah kombinasi pengadaan air dan aplikasi. Estimasi lain menunjukkan liquid MgCl2/CaCl2 menurunkan kehilangan agregat 55–57%, memotong biaya pemeliharaan tahunan ~36% (Innovative Company). Dampak ikutan: usia pakai mesin meningkat (laporan menyebut +18% pada mesin dengan filter terlindungi debu) (Iron Bird).
Pada satu kali aplikasi, biaya per area dengan kimia bisa beberapa kali air saja (PMC). Namun secara tahunan, berbagai percobaan menunjukkan segmen yang di‑treat klorida justru ~50% lebih murah dibanding jalan tanpa tambahan yang mengandalkan penyiraman berulang (GX Contractor; rincian). Rantai pasok yang rapi—baik air maupun bahan kimia—umumnya dikelola dalam kategori water & wastewater chemicals untuk menjaga kontinuitas operasi.
Implikasi untuk Indonesia dan pabrik semen
Praktik industri dan pedoman nasional mendorong penyiraman air, dan ketika debu tetap tinggi, penggunaan bahan tambahan (SOP jalan tambang). Memilih surfactant atau garam yang tepat untuk kondisi lokal—misalnya MgCl2 untuk iklim lebih lembap, CaCl2 untuk kondisi sangat kering—dan mengaplikasikan pada laju optimal memberi kontrol lebih lama dengan biaya siklus hidup lebih rendah. Data konsisten: wetting dan bahan higroskopis umumnya melipatgandakan hingga melipattigakan durasi kontrol, memangkas PM terbang hingga satu orde besaran, dan menurunkan ongkos manajemen debu puluhan persen dibanding penyiraman air sering (GX Contractor; Innovative Company).
Baca juga: Media Filtrasi : Sand Filter, Carbon Filter dan Iron Filter
Catatan sumber
Temuan bersandar pada studi peer‑review dan laporan industri: uji surfactant/brine (PMC; MDPI), panduan teknik wetting agent (Martin Engineering), serta analisis ekonomi dan praktik lapangan (GX Contractor; Cypher). Konteks regulasi Indonesia diacu dari SOP jalan tambang dan ringkasan aturan di greenchem.co.id.
