Sedikit partikel, jejak oksigen, dan bakteri yang lolos bisa mematikan injektivitas dan memakan tubing. Data laboratorium, model, dan standar industri menunjukkan batasan jelas: sub‑10 µm untuk padatan, ≲50 ppb untuk O₂, dan injeksi “nominally sterile”.
Industri: Oil_and_Gas | Proses: Upstream_
Naikkan TSS (total suspended solids, padatan tersuspensi) dari 10 mg/L ke 100 mg/L, dan radius kerusakan dekat sumur menjadi dua kali lipat dalam 3 tahun injeksi—sementara “waktu aman” hingga kerusakan turun ~30% (www.researchgate.net). Di Indonesia, mencampurkan 25% produced‑water dengan air segar yang kaya bakteri/padatan menurunkan permeabilitas batuan ~80%; penambahan filter 11 μm plus 2000 ppm biocide memotong kerusakan menjadi ~47% (journal.lemigas.esdm.go.id; journal.lemigas.esdm.go.id).
Korosi? NACE SP0499–2012 merekomendasikan ≤50 ppb O₂ terlarut (DO, dissolved oxygen) di jalur injeksi air laut untuk umur tubing 5–7 tahun (www.researchgate.net). Sementara itu, produced‑water lazimnya membawa 10^3–10^6 sel/mL bakteri pereduksi sulfat (SRB, sulfate‑reducing bacteria), kontras dengan air laut permukaan <1/L—favorit pembentuk biofilm, H₂S, dan MIC (microbiologically influenced corrosion) yang menyumbang ~20–50% biaya korosi (www.mdpi.com; www.mdpi.com).
Target Kualitas Air Injeksi EOR
Praktik industri mengarahkan turbidity (kekeruhan) ke <1 NTU dan TSS ke level satuan mg/L, dengan semua padatan tersuspensi disingkirkan sebelum injeksi (petrowiki.spe.org). DO ditahan pada 10–50 ppb (0,01–0,05 mg/L), dan mikroorganisme ditekan ke “nominally sterile” (mis. CFU <10²/mL; H₂S ≪1 ppm) untuk menghindari plugging, korosi, dan souring (www.researchgate.net; www.mdpi.com).
Baca juga:
Mengapa Sterilizer Horizontal & Kontrol Otomatis PLC/SCADA Jadi Pilihan Utama di Pabrik Kelapa Sawit
Filtrasi Halus dan Kontrol Suspended Solids
Air permukaan kerap memuat puluhan hingga ribuan mg/L padatan (sungai 100–1.000 mg/L; air laut dalam ~5–50 mg/L) sehingga tahapan filtrasi berlapis jadi wajib (petrowiki.spe.org). Skema umum: pemisahan kasar untuk >50 µm (hydrocyclone/strainer), lalu media atau cartridge filter hingga beberapa mikron, dan pada desain tertentu ultrafiltrasi (UF) sebagai polishing akhir (petrowiki.spe.org). Coarse filter 50–250 µm disusul fine filter ~5–10 µm atau membran; peralatan lazim meliputi hydrocyclone, platelet filter, dan cartridge filter (petrowiki.spe.org).
Model menunjukkan retensi partikel paling banyak terjadi <5 m dari sumur; tanpa polishing, padatan >10 µm di produced‑water memicu hampir hilangnya injektivitas pada campuran 25% saja—sebaliknya, penambahan filter halus mengurangi kerusakan secara dramatis (www.researchgate.net; journal.lemigas.esdm.go.id). Secara operasional, padatan tak terfilter menaikkan tekanan cepat dan membentuk filter‑cake; operator memantau differential pressure filter dan rutin mengganti cartridge (www.researchgate.net).
Implementasi praktis lazim dimulai dari penyekatan debris >1 mm memakai automatic screen, lalu tahap penjaring mekanis melalui strainer untuk melindungi unit hilir. Penyisihan silt/kolloid dapat dilakukan dengan media filter berlapis seperti pasir silika atau anthracite sebelum polishing oleh cartridge filter di housing bertekanan baja atau FRP. Pada proyek yang mengejar turbiditas <1 NTU dan TSS ≪10 mg/L, unit ultrafiltration sering dipakai sebagai “polisher” membran.
Deaerasi dan Batas Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut—even pada level ppm—memicu pitting hebat pada baja karbon; karena itu air injeksi harus nyaris bebas O₂. NACE SP0499–2012 merekomendasikan ≤50 ppb DO pada sistem injeksi air laut untuk proyeksi umur tubing 5–7 tahun (www.researchgate.net). Secara praktis, DO digeser ke ≪0,05 mg/L memakai vacuum degasser atau scavenger—uji menunjukkan degassing air segar dari ~6–9 mg/L ke ~0,5 mg/L menurunkan laju korosi pipa dari 3–18 mm/tahun ke <1,5 mm/tahun, dan dengan scavenging lebih kuat mendekati ~0,1 mm/tahun (repository.uobaghdad.edu.iq).
Guidance tegas: produced‑water seharusnya mengandung “praktis tanpa oksigen” untuk kendali korosi; target pengukuran lapangan 10–50 ppb (0,01–0,05 mg/L), dan di atas ~0,1 mg/L korosi meningkat cepat (www.researchgate.net; www.researchgate.net). O₂ juga memacu bio‑crust (mis. bakteri pengoksidasi besi). Di praktiknya, kenaikan tekanan jalur injeksi atau fouling oleh produk korosi sering menjadi indikator kebocoran O₂ (www.researchgate.net).
Aplikasi lapangan biasanya menggabungkan vacuum tower atau membrane degasser dengan chemical scavenger; injeksi gas inert seperti N₂ atau ammonia juga dapat mengusir O₂. Dosis scavenger praktis dilakukan dengan dosing pump menggunakan formulasi oxygen/H₂S scavengers untuk mempertahankan DO mendekati nol.
Baca juga: Pengolahan Limbah Secara Kimia
Program Biocide dan Kontrol Mikroba
Produced‑water sarat nutrien dan mikroba (iron‑, sulfur‑, dan slime‑formers). Tanpa kendali, biofilm, H₂S, dan MIC menyerang infrastruktur dan menyumbat pori formasi. Laporan menunjukkan 10^3–10^6 sel/mL SRB di produced‑water, dibanding <1/L di air laut permukaan, dan MIC menyumbang ~20–50% biaya korosi pada sistem migas (www.mdpi.com; www.mdpi.com). Program biocide berjalan kontinu atau pulse (mis. glutaraldehyde, THPS, quaternary amines, atau oksidator).
Target operasional adalah injeksi “nominally sterile”—tidak ada standar angka tunggal, namun praktiknya mengejar CFU sangat rendah (mis. <10²/mL) dan H₂S ≪1 ppm, dengan residual biocide 5–50 mg/L setelah pengenceran. Pendekatan in‑situ termasuk dosing nitrat untuk mengalahkan SRB; satu lapangan mencatat penurunan jumlah SRB 1000× dan laju korosi menjadi separuh setelah injeksi nitrat (www.mdpi.com). Di kasus Indonesia, kombinasi biocide 2000 ppm dan filtrasi sub‑11 µm menurunkan plugging mikroba, dari ~80% kehilangan permeabilitas menjadi ~47% (journal.lemigas.esdm.go.id).
Dari sisi operasional, penggunaan biocides yang tepat dan verifikasi efektivitas melalui hitung bakteri/H₂S berkala memberikan ROI keandalan tinggi—lebih sedikit shutdown akibat H₂S dan umur pompa lebih panjang. Dosis kontinu level sangat rendah atau “shock” periodik dipakai untuk mencegah kolonisasi.
Baca juga:
Kondensat Sterilizer Sawit: Limbah Panas yang Bisa Diubah Jadi CPO dan Penghematan Energi
Hasil Operasional yang Tercatat
Filtrasi yang dirancang baik menjaga laju injeksi stabil; tanpa itu tekanan melonjak dan filter‑cake terbentuk cepat (www.researchgate.net). Biaya filtrasi halus dan perlakuan O₂ jauh lebih kecil dibanding kehilangan permeabilitas formasi, remediasi downhole, atau penggantian tubing. Dengan O₂ ≲50 ppb, umur peralatan bertambah tahun (NACE memproyeksikan 5–7 tahun; www.researchgate.net), dan penekanan SRB dapat memangkas korosi ~50% (www.mdpi.com; www.mdpi.com).
Ringkasnya, EOR modern menuntut filtrasi halus ke sub‑10 µm (sering <5 µm), DO mendekati nol (≲50 ppb), dan program biocide/nitrat yang disiplin (petrowiki.spe.org; www.researchgate.net; www.researchgate.net; journal.lemigas.esdm.go.id). Model dan uji laboratorium menunjukkan peningkatan injektivitas serta umur peralatan hingga orde besaran (orders‑of‑magnitude) saat padatan, O₂, dan SRB dikendalikan (www.researchgate.net; www.researchgate.net; journal.lemigas.esdm.go.id).
Baca juga:
Sumber dan Rujukan Teknis
Rujukan utama: panduan SPE/PetroWiki tentang removal padatan (petrowiki.spe.org); pemodelan dampak TSS dan dinamika tekanan (www.researchgate.net; www.researchgate.net; www.researchgate.net); standar dan studi korosi/ deaerasi (www.researchgate.net; repository.uobaghdad.edu.iq); serta studi kasus plugging/biocide termasuk pengalaman domestik (journal.lemigas.esdm.go.id; journal.lemigas.esdm.go.id), dan karakteristik produced‑water Indonesia (www.researchgate.net). Literatur internasional (SPE, NACE, jurnal peer‑reviewed) dan rujukan nasional (mis. SKK‑Migas lewat studi terkait) menjadi dasar angka dan praktik yang disajikan.