Masalah Air Tunnel Pasteurizer: Skala, Biofilm, dan Kontrol PU

Air semprot yang terus dire-sirkulasi di tunnel pasteurizer cepat menjadi sarang skala mineral, korosi, dan pertumbuhan mikroba—membuat nozzle tersumbat serta menurunkan transfer panas. Solusinya: program kimia yang terkelola rapi dan kontrol Pasteurization Units (PU) real‑time agar membunuh mikroba tanpa “memasak” bir.

Industri: Brewery | Proses: Bottling_&_Kegging

Di balik ritme konveyor dan semprotan air panas-dingin yang tampak rutin, tunnel pasteurizer menyimpan risiko yang nyata. Botol atau kaleng melaju perlahan melintasi zona pemanasan dan pendinginan bertingkat, sementara air semprot di tiap zona terus dire-sirkulasi untuk pertukaran panas (Redpost; Viravix). Kombinasi suhu hangat dan siklus berulang menjadikan air ini medium ideal bagi skala mineral, korosi, dan biofouling.

Industri sudah lama mewaspadai “microbiological growth, bio-fouling, corrosion and inorganic scale deposition” pada air tunnel pasteurizer (Solenis; Solenis). Pseudomonas dan bakteri lain membentuk lendir dan biofilm pada dinding tangki serta nozzle, menyumbat kepala semprot dan screen (Solenis)—sekaligus menciptakan ceruk bagi patogen yang resisten seperti Legionella atau bakteri pereduksi sulfat serta slime berbau (Solenis).

Air keras memperparah situasi. Pada suhu pasteurisasi, kalsium-karbonat (CaCO₃) dan silikat mengendap sebagai skala tak larut yang menempel di nozzle, pompa, dan permukaan penukar panas—“blocks spray nozzles, [reduces] beverage shelf-life, heat transference and operational efficiency,” juga menaikkan pecah botol dan konsumsi energi/air (Solenis).

Baca juga: Pengertian dan Pengaruh TDS dan TSS Terhadap Kualitas Air

Dampak operasional dan kualitas produk

Setiap penurunan efisiensi transfer panas memaksa waktu pasteurisasi lebih lama atau temperatur lebih tinggi untuk mencapai pembunuhan mikroba yang sama—boros energi. Nozzle tersumbat memicu pemanasan tak merata, menciptakan cold spot (under‑pasteurization) atau menghentikan lini untuk pembersihan darurat. Di pabrik berkapasitas tinggi, satu nozzle buntu bisa menghentikan lini selama berjam-jam, setara potensi kerugian puluhan ribu dolar per jam dalam produksi yang hilang. Laporan industri menyebut downtime terkait fouling bisa memakan kisaran 1–2% biaya operasi tahunan di pabrik pangan/minuman .

Skala dan korosi juga bisa “rontok,” mencemari kemasan—mulai bintik karat pada crown hingga deposit garam pada kaleng (Solenis). Taruhannya bukan hanya OEE, tapi juga risiko reject hingga recall.

Arsitektur air semprot: sistem sirkulasi terbuka

Pada praktiknya, air semprot pasteurizer bekerja layaknya sistem pendingin terbuka—hangat, terekspos, namun tanpa biocide default. Tanpa kontrol, panas plus nutrien (mis. carryover wort dari pecah botol) menjadikannya inkubator. Itu sebabnya program yang efektif wajib menurunkan hardness/mineral, menghambat kristalisasi skala, mencegah korosi bagian logam, dan mengendalikan pertumbuhan mikroba—semuanya langsung mempengaruhi debit nozzle dan transfer panas.

Pengendalian hardness dan skala mineral

Kadar hardness baku di banyak pabrik minuman bisa sangat tinggi. Studi di pabrik pangan Indonesia mencatat total hardness hingga 388 mg/L sebagai CaCO₃ (JBES). Pada suhu pasteurisasi, bahkan 100–150 mg/L sudah cukup memicu pengendapan kalsit. Untuk menurunkan Ca/Mg, pre‑treatment seperti softerning dan ion exchange lazim dipakai; solusi komersial mencakup softener dan sistem ion exchange.

Ketika softening/penyisihan total mineral tak praktis, inhibitor skala ditambahkan—biasanya dispersant atau threshold inhibitor (mis. polyphosphates, polycarboxylates) untuk menjaga garam sukar larut tetap tersuspensi. Dosis inhibitor berjalan beriringan dengan kontrol pH—banyak spesifikasi menahan pH air semprot di 7–8,5 untuk mengurangi korosi asam sekaligus mengendalikan skala. Sebuah paten brewery bahkan merekomendasikan pH 7,0–8,5 dengan penambahan bahan alkali tiap 30–60 menit (CN103803745A). Pada praktik ini, antiskala komersial seperti scale inhibitor dipasok via dosing pump untuk akurasi.

Proteksi korosi di struktur stainless

Walau mayoritas struktur menggunakan stainless steel, korosi tetap mungkin terjadi—terutama di bawah biofilm atau pada pH rendah. Inhibitor korosi (mis. silikat, molibdat, atau kimia passivating lain) dipakai untuk mempassivasi permukaan logam, seringkali berdampingan dengan inhibitor skala (Solenis). Menjaga pH sedikit alkalis dan dosis tepat adalah kuncinya; penyesuaian berulang—seperti penambahan NaOH atau Na₂CO₃ mingguan—sering dibutuhkan untuk menahan pH dalam rentang target (CN103803745A). Produk inhibitor yang relevan tersedia sebagai corrosion inhibitor.

Kendali mikrobiologis dengan biocide

Pemanasan statis (mis. tahan 80 °C harian/mingguan) tak cukup pada sistem resirkulasi; biocide kimia lebih andal. Hipoklorit (bleach) sering dipakai karena efektif dan ekonomis. Paten Yanjing Brewery (Tiongkok) mendemonstrasikan dosis “bleaching water” (natrium hipoklorit) berkala untuk menjaga residual klorin 0,5–1,0 mg/L di air semprot (CN103803745A; CN103803745A), dengan frekuensi penambahan tiap 30–60 menit untuk efek antimikroba berkelanjutan (rujukan sama). Level ini kira-kira setara klorinasi air minum dan efektif menekan bakteri planktonik maupun biofilm tanpa merusak stainless steel.

Di praktik lain, dipakai biocide pengoksidasi (NaOCl, peracetic acid) atau non‑oksidasi (isothiazolones)—semuanya harus food‑grade dan terkontrol dengan pompa dosis. Monitoring memakai ORP (oxidation-reduction potential) atau klorin residual; aturan praktis yang sering disebut adalah ORP >650 mV atau bebas klorin ~0,5 mg/L (terkait “sulfonylurea sensitivity”; praktik brewery spesifik bisa bervariasi). Paten yang sama menyarankan penambahan alkalinitas untuk memperlambat hidrolisis NaOCl, memperpanjang umur biocide (CN103803745A). Kategori produk relevan tersedia sebagai biocides dan sistem bantu seperti ancillaries untuk sensor pH/ORP.

Filtrasi dan UV sebagai penunjang fisik

Di luar kimia, filtrasi halus per zona membantu menangkap partikulat, dan UV sterilizer pada jalur make‑up water menekan beban bakteri masuk. Namun, lingkar resirkulasi hangat tetap perlu biocide—filter/UV saja tidak dapat mensterilkan lingkungan kaya mikroba. Produk UV untuk make‑up water dapat merujuk ke ultraviolet disinfection; untuk filtrasi halus, opsi housing higienis tersedia seperti 316L stainless steel cartridge housing.

Monitoring air semprot dan perawatan

Dengan program kimia sekalipun, monitoring dan maintenance tetap wajib. Uji air harian—pH, konduktivitas/TDS, hardness, level biocide residual—dan pencatatan log membantu mendeteksi tren (hardness naik, ORP turun). Menahan konduktivitas sump di bawah setpoint menandakan bleed‑off (blow‑down) efektif; jika naik, tingkatkan bleed atau make‑up dengan air lebih lunak. Untuk sistem make‑up dan chemical feed yang konsisten, banyak fasilitas memanfaatkan dosing pump.

Inspeksi visual rutin pada nozzle, screen, dan sump mencari skala/lendir; semprotan tidak merata adalah gejala dini. Skala putih pada nozzle/permukaan HX memerlukan bilasan asam. CIP (clean‑in‑place) terjadwal: sirkulasikan deterjen alkali panas 1–2% NaOH pada 60–80 °C selama 30–60 menit, lanjut bilasan asam 0,5% asam nitrat atau fosfat pada 30–50 °C selama 20–30 menit, lalu sanitizer kuat 50–100 ppm NaOCl atau peracetic acid—semua food‑grade (Micetcraft; Micetcraft). Caustic melarutkan residu protein/lemak bir; asam melarutkan batu‑kapur.

Blow‑down terkontrol mencegah akumulasi padatan terlarut. Frekuensi bergantung kualitas make‑up; di area air keras (lihat data JBES), drain parsial lebih sering. Beberapa pabrik melakukan drain penuh tiap beberapa hari; lainnya memakai katup pelampung dan solenoid dump otomatis untuk menjaga konduktivitas.

Instrumentasi: sensor suhu per zona, status aliran/pompa, dan termokopel terkalibrasi di tangki semprot guna verifikasi setpoint (mis. 75–80 °C di zona terpanas). Sensor aliran memberi alarm jika sirkulasi terganggu. Sistem modern menambahkan probe pemantau liputan semprot. Untuk filtrasi make‑up, penggunaan cartridge filter dan housing industri seperti steel filter dapat dipertimbangkan di lingkungan proses.

Catatan dampak jangka panjang: tanpa kendali, skala & biofouling “increases cleaning maintenance requirements” dan “reduces plant life” (Solenis; Solenis). Program yang tangguh kerap menggandakan interval antar pembersihan manual; sebaliknya, kelengahan bisa memaksa shutdown darurat untuk descaling dan cleaning—berbiaya besar di brewery berkapasitas tinggi.

Baca juga:

Tinggalkan Sabun: Cara Dry Lube Bikin Lini Bottling Brewery Lebih Aman

PUs (Pasteurization Units) dan kontrol thermal

Target pasteurisasi adalah pembunuhan mikroba yang cukup tanpa memanaskan bir berlebihan. Ukuran efektivitasnya adalah PU (Pasteurization Unit). Definisi: 1 PU setara efek letal menahan produk 1 menit pada temperatur referensi 60 °C untuk bir; setiap 7 °C kenaikan menambah laju pembunuhan ~10× (nilai Z=7 °C) (Redpost; Redpost). Rumus: PU = t × 10^((T–60)/7), dengan t dalam menit dan T suhu produk.

Kebutuhan PU untuk bir relatif moderat karena ada efek pengawet alami (alkohol, hops, pH). Referensi industri menyebut ≈5 PU sebagai batas minimal untuk stabilitas shelf, dengan target praktis 15–30 PU untuk margin (Redpost). Di bawah ~5 PU berisiko spoilage; jauh di atas 30 PU memberi tambahan kill yang kecil namun berpotensi menurunkan flavor/aroma.

Perangkat monitoring PU dan respons saat anomali

Tunnel pasteurizer menggunakan zona suhu bertahap (ramp up–hold–cool down) dan conveyor; PLC menyesuaikan waktu dan suhu. Jika lini melambat/berhenti mendadak, sistem dapat menyemprot air dingin dan membuang panas untuk menurunkan suhu zona hold ke ~50 °C, mencegah pemanasan berlanjut (Viravix). Dalam operasi normal, probe PU bertenaga baterai dikirim bersama produk untuk merekam suhu cold spot dan menghitung akumulasi PU, lalu divalidasi ke resep.

Riset terbaru menunjukkan monitoring PU real‑time meningkatkan keandalan: studi MDPI pada sistem monitor berbasis AI di brewery besar mendapati 16 potensi inkonsistensi pasteurisasi dalam beberapa minggu, sementara sampling manual lama hanya menangkap 1 isu pada periode yang sama—yakni deteksi ~16× lebih banyak dengan monitoring live, dengan akurasi estimasi PU ~93% (MDPI; MDPI). Implementasi sensor/loger suhu berbiaya relatif rendah melalui dashboard IIoT juga ditunjukkan (MDPI; MDPI).

Strategi kontrol PU dan pencegahan over‑pasteurization

a29a52c2-133b-4787-819d-1b6a866d4023

Kontrol PU pada dasarnya mengelola suhu exit dan kecepatan lini. Praktik yang memadai termasuk beban jalur yang seragam (lane kosong memanas lebih cepat), meter alir di air cooling untuk trimming suhu, dan sensor “cold spot” di akhir hold guna mengatur kecepatan konveyor. Banyak sistem menyediakan holdback conveyor; saat anomali (mis. botol tersangkut), logika bisa mengalihkan alir dan menyemprot air dingin.

Rujukan industri menekankan “the best way to maintain flavour is to keep the number of PUs to a minimum” (Redpost). Karena itu, tim produksi menetapkan batas PU maksimum dalam sistem kontrol; alarm/cut‑off otomatis aktif jika mendekati limit. MDPI menegaskan pasteurizer harus menambah PU “while not exceeding a maximum limit, as this may adversely impact the taste and appearance of the product,” dengan pemantauan suhu “cold spot” tiap siklus demi akurasi perhitungan (MDPI). Beberapa produsen juga mengamati laju degradasi termal (TDU) atau DO sebagai indikator penuaan.

Rekomendasi implementasi dan hasil proses

Scaling & korosi: terapkan pre‑treatment pada air baku (softening atau RO) agar hardness turun; jaga pH air semprot alkalis ringan (7–8,5) dan dosis inhibitor skala/korosi. Monitoring hardness, konduktivitas, dan bleed‑off sesuai. Opsi sistem RO yang relevan tersedia sebagai brackish water RO, dan rangkaian komprehensif membran pada membrane systems.

Kendali biologis: pertahankan 0,5–1,0 mg/L free chlorine (atau aktivitas biocide ekuivalen) di loop semprot, dengan dosis cukup sering—mis. tiap 30–60 menit dalam praktik paten (CN103803745A; CN103803745A). Ukur ORP atau residu klorin harian; hilangkan slime lewat CIP dan bilas sanitasi. Untuk daya tahan bahan dan higienitas, housing proses food‑grade seperti SS cartridge housing dapat digunakan pada jalur filtrasi.

Rutinitas perawatan: disiplin CIP untuk tray, nozzle, dan sump—susunan caustic–acid–sanitizer sesuai standar brewery (Micetcraft; Micetcraft). Inspeksi dan pembersihan nozzle teratur; bersihkan screen filtrasi untuk mencegah beban pompa.

Monitoring & kontrol PU: gunakan sensor suhu atau perangkat monitor PU per zona; tetapkan PU minimum 5 (keamanan) dan target ~20 untuk margin pada bir, serta PU maksimum untuk menjaga flavor. Log suhu cold spot dan akumulasi PU secara kontinu; alarm aktif jika menyimpang. Saat lini melambat/berhenti, jalankan prosedur pencegah overheating (semprot air dingin, kuras sump panas) (Viravix).

Dari sisi hasil proses, program air yang dioptimalkan membantu menjaga efisiensi transfer panas penuh—menghindari penurunan 10–20% yang terlihat pada scaling moderat—dan memangkas cleaning tak terjadwal. Operasi air‑intensif juga kian efisien: brewery besar kini menargetkan ~3–5 liter air per liter bir (Viravix), turun dari >10 satu dekade lalu—parsial berkat konservasi dan resirkulasi, termasuk di pasteurizer. Stabilitas pasteurisasi juga melipatgandakan potensi shelf life (dari ~2 bulan bila unpasteurized menjadi 6–9 bulan saat dipasteurisasi; PROWM). Biaya kimia dan monitoring umumnya terbayar oleh downtime yang dihindari serta pengurangan kehilangan produk.

Baca juga:

Bir Enak Dimulai dari Air Bebas Klorin: GAC vs Campden

Catatan teknis dan sumber

Ringkasan ini merujuk pada panduan teknis dan studi kasus industri—termasuk penjelasan risiko pasteurizer oleh Solenis dan Solenis (skala/korosi/biofouling), paten Yanjing Brewery untuk dosis klorin 0,5–1,0 mg/L tiap 30–60 menit serta kontrol pH 7,0–8,5 (CN103803745A; CN103803745A; CN103803745A), riset monitoring PU berbasis AI (MDPI), sains pasteurisasi dan formula PU dari Redpost, praktik konservasi air Viravix, data kualitas air JBES, dan praktik CIP (Micetcraft; Micetcraft). Sejalan dengan sumber-sumber ini, pencegahan skala, korosi, dan biofouling pada air semprot penting setara aspek thermal—dan implementasi conditioning air, kendali biocide, plus monitoring PU real‑time memastikan tiap botol aman tanpa over‑pasteurization.

Chat on WhatsApp 2212122qwa