Pengolahan Oily Sludge dan Biological Sludge di Fasilitas Migas: Teknologi Dewatering & Incineration Sesuai Regulasi B3 Indonesia

Dua arus lumpur di fasilitas migas—oily dan biologis—harus dipisahkan, didewatering dengan teknologi yang tepat, lalu dipertimbangkan untuk dibakar dengan pemulihan panas. Angka-angka kunci dan regulasi B3 Indonesia membingkai keputusan teknisnya.

Industri: Oil_and_Gas | Proses: Wastewater_Treatment

Skalanya besar, risikonya nyata, dan pilihannya teknis. Di fasilitas minyak dan gas, setiap kilang besar dapat menghasilkan sekitar 30.000–40.000 ton oily sludge per tahun (estimasi US EPA; pmc.ncbi.nlm.nih.gov). Dengan beban setara itu, desain kolam, tangki, dan sistem pipa tidak bisa asal—terutama karena oily sludge dikategorikan limbah B3 di Indonesia (Permen LHK 6/2021 yang mencabut Kep.Paramen 128/2003 tentang limbah terkontaminasi minyak; peraturan.bpk.go.id), sehingga penyimpanan berikat (bonded) dan transportir berizin jadi keharusan.

Inti rencananya sederhana namun disiplin: pisahkan arus lumpur primer (oily) dan sekunder (biologis) sejak sumber, lalu optimalkan dewatering masing‑masing. Di hilir, incineration (pembakaran termal) yang memulihkan panas bisa memangkas volume basah lebih dari 95% sekaligus menghasilkan uap atau listrik—dengan kontrol emisi ketat.

Baca juga: Pengolahan Limbah Secara Kimia

Segmentasi lumpur dan penampungan terpisah

Fasilitas migas menghasilkan dua jenis lumpur berbeda: primary (oily) sludge dari pemisah minyak/air dan secondary (biological) sludge dari pengolahan sekunder (misalnya klarifier mikroba). Oily sludge ini lazimnya dikategorikan B3, sementara lumpur biologis berpeluang non‑B3 bila memenuhi kriteria limbah yang berlaku. Praktiknya, oily sludge—sering 5–15% padatan dan kaya TPH (total petroleum hydrocarbons)—dikumpulkan melalui sumps dan pit khusus, biasanya setelah unit API atau DAF; sludge biologis dipompa dari klarifier ke thickener atau tangki penyangga tersendiri.

Di hulu, pemisahan fisik awal seperti screens dan penghilangan minyak bebas membantu stabilkan beban. Unit pemisahan fisik dapat berupa tahap pemisahan awal air limbah, diikuti pengayakan kontinu seperti automatic screen untuk menahan debris >1 mm, serta modul pengambil minyak bebas seperti oil removal sebelum ke API/DAF. Untuk beban minyak tinggi, DAF (dissolved air flotation; flotasi udara terlarut) efektif sebagai langkah pendahuluan.

Demi menjaga optimasi, desain koleksi memerlukan dua jaringan pipa dan trench terpisah. Drain oily menuju tangki oily dan thickener khususnya; sludge biologis dari klarifier ke digester/thickener lain. Pemisahan ini menjaga kontrol dosing demulsifier dan mencegah sirkulasi balik organik tak diinginkan ke arus minyak.

Rantai dewatering oily vs biologis

Oily sludge (banyak emulsi minyak dan partikel halus) lazim dilalui skema: (1) mendekant air/minyak bebas (API separator atau centrifuge), (2) penambahan demulsifier, polimer, dan kapur sesuai kebutuhan, lalu (3) dewatering. Penanganan emulsi minyak‑air terbantu oleh bahan pemecah emulsi seperti demulsifier, dan akurasi injeksi kimia didukung dosing pump.

Untuk arus biologis, sludge yang lebih kental (biomassa) biasanya ditingkatkan konsentrasinya lewat thickener gravitasi atau DAF sebelum dewatering dengan decanter atau press. Peran klarifikasi di tahap ini dapat diisi oleh unit seperti DAF dan clarifier, sementara peralatan pendukung proses disediakan sebagai ancillary penanganan limbah cair.

Baca juga: 

Optimasi Klarifikasi & Pemurnian Minyak Sawit: Strategi Suhu Terkendali untuk Menjaga Karoten & Menurunkan Peroksida

Perbandingan teknologi dewatering

Centrifuge (decanter/scroll; alat pemisah berputar kontinu) mampu menangani debit besar—sekitar 19–44 L/s atau 300–700 gpm per unit (nepis.epa.gov)—dan efektif menebalkan sludge. Di satu kilang, scroll centrifuge menaikkan kadar padatan oily sludge dari 11,6% (umpan) menjadi 33,6% pada cake (nepis.epa.gov). Namun pada uji municipal dengan campuran 50/50 primer/sekunder, solid‑bowl centrifuge menghasilkan 15–21% cake solids (nepis.epa.gov)—sludge industri yang lebih berat partikelnya bisa lebih tinggi. Dosis polimer umumnya moderat (~4 g polimer/kg sludge di satu studi) dengan cake yang masih bisa dipompa (nepis.epa.gov). Konsumsi daya berkisar orde 10–15 kWh/ton‑dry, unggul untuk operasi kontinu dan fleksibilitas mode thickening/dewatering, tetapi dryness terbatas (sering ≤30–40%), capex lebih tinggi per unit, dan perawatan bearing.

Filter press (recessed‑plate, diaphragm, membrane; batch bertekanan tinggi) memberi cake paling kering. Pada uji sludge industri, recessed plate bertekanan tinggi mencapai 36% cake solids dengan conditioning kapur dan ferric chloride (nepis.epa.gov), sementara diaphragm press mencapai 40%. Pada sludge yang sama, belt press hanya 20–30% (nepis.epa.gov). Umumnya, filter press plate/liquid menghasilkan ~30–50% padatan; misalnya, uji tertiary (umpan 2,4% padatan) memperoleh ~41% cake solids dengan kapur (nepis.epa.gov). Perlu reagent signifikan untuk oily/berat, namun hasilnya cake sangat kering (50–60% kering) dengan penangkapan padatan >99%. Throughput dibatasi siklus batch; beberapa press bisa di‑staging. Energi relatif rendah (pompa/hidrolik), tetapi biaya operasi (tenaga, polimer, kaustik/kapur) dan perawatan kain (cloth washing) tinggi.

Belt filter press (kontinu) berada di tengah. Uji menunjukkan 18–30% cake solids (nepis.epa.gov; nepis.epa.gov). Tinjauan lain menemukan belt yang dioperasikan baik mencapai 35–45% untuk sludge yang mudah didewatering (mis. tipe kalsium karbonat), tetapi hanya 20–30% pada sludge yang sulit (nepis.epa.gov). Polymer untuk belt biasanya lebih tinggi dibanding centrifuge (mis. 6 vs 4 g/kg; nepis.epa.gov), throughput lebih rendah, tetapi capex dan energi lebih rendah (~1–3 kWh/ton). Kekurangannya, mudah tersumbat pada oily sludge yang lengket dan recovery padatannya lebih rendah. Untuk dukungan flokulasi/koagulasi, penggunaan bahan seperti flocculants dan coagulants lazim dikombinasikan dengan press.

Ringkasan performa dan implikasi desain

ChatGPT Image Oct 2, 2025, 03_39_27 PM

Aturannya: filter press memberi cake paling kering (sering 35–50% padatan; nepis.epa.gov; nepis.epa.gov), belt press moderat (20–30%; nepis.epa.gov), dan centrifuge variabel (15–45%, mis. ~33% pada kasus oily sludge; nepis.epa.gov). Pada satu uji berdampingan, belt press vs centrifuge pada sludge yang sama menghasilkan 18% vs ~X% (keduanya 95% solids recovery), dengan belt butuh ~50% polimer lebih banyak (6 vs 4 g/kg; nepis.epa.gov). Desain harus menyeimbangkan kapasitas dan target dryness: aliran kontinu besar cenderung cocok dengan decanter, sedangkan kebutuhan dryness tinggi (dan batch lebih kecil) cocok dengan filter press. Untuk oily sludge, perhatian pada tipe/dosis polimer guna memecah emulsi dan opsi pembersihan dinding bertekanan tinggi (membrane press) untuk memaksimalkan pembuangan minyak.

Baca juga: 

Kondensat Sterilizer Sawit: Limbah Panas yang Bisa Diubah Jadi CPO dan Penghematan Energi

Incineration dan pemulihan energi

Setelah didewatering, padatan oily sludge bisa diincinerasi untuk menghancurkan organik, memulihkan energi, dan meminimalkan pembuangan akhir. Volume basah turun drastis—lebih dari 95%—dengan massa padatan kering menyusut ~40–75% (nepis.epa.gov). Nilai kalor sludge kilang menunjukkan sekitar ~3.100 kcal/kg (~13 MJ/kg), dan contoh 4.000 ton sludge basah mengandung ~12.400 Gcal (~14 GWh) energi (mdpi.com).

Dalam praktik, kadar air menurunkan panas bersih; incinerator biasanya memerlukan bahan bakar bantu untuk menguapkan air, lalu bisa menghasilkan uap/listrik dari panas buang. Desain modern memanen panas cerobong untuk dipakai kembali di pabrik, dan kemajuan pemulihan panas telah “secara signifikan meningkatkan keekonomian” incineration (nepis.epa.gov). Di Indonesia, incinerator sludge wajib patuh baku mutu emisi (Permen LHK terkait) serta perizinan B3; rancangan afterburner dan scrubber menjadi kunci. Ringkasnya, incineration menawarkan >95% reduksi volume basah (nepis.epa.gov) dan memanfaatkan energi belasan MJ/kg (mdpi.com), namun dengan konsekuensi investasi dan kontrol polusi yang ketat. Rencana holistik karena itu mengalirkan kembali panas/uap ke proses pabrik untuk memperbaiki ekonomi sistem (lihat mdpi.com; nepis.epa.gov).

Baca juga: 

Mengapa Sterilizer Horizontal & Kontrol Otomatis PLC/SCADA Jadi Pilihan Utama di Pabrik Kelapa Sawit

Catatan sumber dan kepatuhan

Sumber angka dan case dalam artikel ini: telaah dan studi kasus industri yang dirujuk di nepis.epa.gov, nepis.epa.gov, nepis.epa.gov, nepis.epa.gov, nepis.epa.gov, mdpi.com, dan nepis.epa.gov; digabungkan dengan rujukan regulasi Indonesia untuk limbah oily B3 di peraturan.bpk.go.id dan estimasi beban sludge oleh US EPA di pmc.ncbi.nlm.nih.gov.

Chat on WhatsApp